Musim hujan tahun
ini berjalan lambat, November ini hujan baru mulai turun di beberapa kota,
salah satunya di tempat di mana aku tinggal. Aku sendiri cukup antusias saat
pertama kali hujan turun di kotaku. Hanya gerimis kecil yang bahkan tidak
sampai lima menit tapi cukup membuatku tertawa kegirangan.
Banyak orang yang
mungkin membenci hujan, namun tak sedikit pula yang mencintainya. Aku adalah
orang yang mecintai sekaligus merasa kesal beberapa kali karena hujan.
pic taken from here |
Aku mencintai
hujan ketika aku sedang berada di dalam ruangan dan tidak merasakan dingin
karena basah yang menyentuh tubuhku. Aku sangat suka menikmati hujan dari dalam
kamarku. Aku akan menghabiskan waktu hanya dengan duduk di atas tempat tidur
dan memandang hujan turun lewat jendela
kamar. Kamu mungkin akan membayangkan apa yang kulakukan ini seperti
adegan-adegan film yang biasa kamu tonton, namun yang kulakukan tak seromantis
itu. Aku tidak menikmati hujan dengan ditemani segelas cokelat hangat, lalu
memandang embun yang menempel di kaca jendelaku. Aku hanya akan melihat keluar,
memandang bulir air yang jatuh ke tanah dan sesekali mengendus bau tanah basah
yang dihasilkan.
Pada momen-momen melankolis
seperti itu, biasanya beberapa kenangan masa lalu menyeruak di kepala, misalnya
kenangan ketika mantan pacarku dulu memberi sedikit kejutan kecil untukku. Aku masih
ingat ketika mantan pacarku itu menyuruhku untuk memeriksa hadiah yang dia
siapkan di laci mejaku, namun tak kutemukan apapun selain sampah bungkus permen
sisa kemarin. Lalu aku mulai mengecek semua laci meja di kelasku itu demi
menemukan hadiah yang dia maksud. Dan betapa bahagianya diriku waktu itu ketika
menemukan sekotak kecil cokelat beserta pesan pendek yang ternyata menyasar di laci
meja temanku. “Cokelat manis untuk
perempuan manis. Semoga kamu senang dengan hadiah kecil ini” pipiku bersemu
merah saat membaca pesan pendek itu. Lalu malam harinya mantan pacarku itu
menelepon dan bertanya bagaimana perasaanku saat menerima hadiah yang ia
berikan, dan kuceritakan kebingunganku saat harus menelusuri satu persatu meja
kelas demi menemukan cokelat yang rasanya enak sekali itu. Kami berdua bercerita
banyak hal dan tertawa malam itu, bahagia karena merasa saling menyayangi satu
sama lain. Aku suka hujan saat itu, karena membawa ingatan menyenangkan di
kepalaku.
Pada kesempatan
yang lain, hujan mampu membuatku kesal, terutama ketika sedang bepergian dengan
mengendarai motor kesayanganku sedang aku lupa membawa jas hujan. Aku tidak
suka harus basah-basahan dan merasa kedinginan ketika mengendarai motorku. Memang
itu salahku karena aku lupa membawa jas hujan, namun tetap saja aku akan kesal dan
menyalahkan kenapa hujan harus turun saat aku bepergian dan lupa membawa jas
hujan. Egois dan tidak bersyukur memang kelakuanku itu kalau dirasa.
Aku juga tidak
suka hujan yang tak jarang membawa kenangan yang tidak ingin kuingat-ingat lagi.
Misalnya ketika tiba-tiba aku teringat akan kebodohanku di masa lalu yang membuatku
menyesal karena telah melakukannya. Mengingat kebodohan yang pernah kulakukan membuatku
merasa menjadi orang yang menyebalkan, tidak peka, dan jahat yang pada akhirnya
justru membuatku sedih ketika teringat semuanya. Aku akan menangis setelahnya,
menyesali semua hal yang pernah kulewatkan dan keputusan yang pernah kuambil.
Aku punya kesan
sendiri terhadap hujan. Ia seperti mesin waktu yang selalu berhasil membawaku
mengunjungi masa lalu dan memaksaku mengingat kenangan yang pernah terjadi, baik
itu yang menyenangkan atau yang buruk. Hujan selalu membuatku larut bersama
kenangan dan meninggalkan kesan lain di hatiku.
Sampai detik ini,
aku masih antusias dan bersorak senang ketika hujan mulai turun. Esok lusa, mungkin
aku tidak akan seantusias seperti kali pertama hujan turun, mungkin aku akan
mulai kesal, mengeluh dan mengumpat ketika hampir setiap hari harus kehujanan
dan merasakan dinginnya, tapi aku selalu percaya bahwa hujan akan selalu
memberikan kesejukan, keberkahan dan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya.
Semoga