Tuesday, June 16, 2015

Maddah dan Sunyaruri (Sebuah Catatan Pribadi)

Sebelumnya aku mau bilang kalau ini bukan review. Ini cuma catatan pribadiku tentang buku yang baru selesai kubaca dan kisah-kisah di baliknya.
**
Akhirnya hari ini aku menyelesaikan membaca buku karangan Risa Saraswati ini setelah mungkin berbulan-bulan kudiamkan dan tak kusentuh. Beberapa kali aku memang ingin mencoba membaca karyanya ini, namun saat itu juga aku malah melakukan hal lain. Ya itulah kebiasaan burukku, mudah terdistraksi oleh hal-hal lain yang tiba-tiba muncul dalam kepalaku.
Sebelumnya pernahkah kalian mendengar nama Risa Sarawati? Bagi para penikmat musik indie pasti beberapa kali pernah mendengar band yang ia gawangi. Sarasvati, itu adalah nama band/solo project yang Risa gawangi sekarang dan kebetulan dialah vokalisnya. Aku tidak begitu tahu konsep musik band ini, atau genrenya namun beberapa kali aku pernah mendengar lagu Saravati diputar di radio, dan menurutku yang bukan ahli musik ini musik mereka sedikit mistis, horor dan tak jarang membuat bulu kuduk merinding. Nggak tahu kenapa tapi beberapa kali dengar lagunya, itu yang aku rasakan :D
Sejujurnya aku sama sekali tidak tahu siapa itu Risa Saraswati, sampai akhirnya pada suatu ketika aku menemukan buku keduanya yang berjudul Maddah di salah satu toko buku yang sering ku kunjungi di Kota perantauanku. Atas dasar rasa kepincut sama kavernya yang sejujurnya agak seram karena ada gambar peti dengan background hitam yang membuat kavernya semakin menegaskan kalau ini buku cerita horor, akhirnya aku beli buku itu. Selain karena kavernya, aku juga tertarik karena blurb yang disampaikan di kavernya, cukup membuat penasaran. Oiya dan awalnya aku mengira ini adalah novel horor, tapi setelah baca penilaianku berubah. Hahaha
Buku Risa ini memang menceritakan seputar makhluk tak kasat mata, namun kemasan cerita yang disampaikan berbeda dari cerita horor lainnya. Risa menyampaikan kisah persahabatannya dengan lima makhluk tak kasat mata yang ia temui sejak kecil dan terus menemaninya hingga ia tumbuh dewasa. Cerita persahabatannya dengan lima makhluk itu tidak sarat dengan cerita mistis populer yang sering kita lihat di film-film horor Indonesia, justru lebih banyak berisi cerita kisah masa lalu sahabat-sahabatnya selama hidup dan juga cerita kematian beberapa makhluk lain yang Ia temui secara tak sengaja. Hampir sebagian besar tokoh yang Ia ceritakan adalah tokoh-tokoh yang hidup ketika zaman penjajahan sebelum kemerdekaan yang merupakan keturunan Belanda termasuk kelima sahabat kecil Risa.
Maddah
Karena sudah suka sama buku Risa yang itu, akhirnya aku cari buku Risa yang lain. Beberapa kali aku cari karya pertamanya, Danur namun seringnya aku kesulitan menemukan buku itu di toko buku yang biasa kukunjungi. Lalu suatu ketika aku menemukan Sunyaruri di antara buku-buku lain, dan langsung saja kubeli tanpa pikir panjang. Aku sudah cukup menikmati gaya menulis dan jenis cerita yang Risa sampaikan jadi nggak ada keraguan sedikitpun  untuk melewatkan karyanya yang satu ini.
Dan akhirnya, hari ini aku selesai membaca buku ketiga Risa ini setelah berminggu-minggu aku cuekin. Hehehe maafkan aku, Risa.
Sunyaruri
Kesan setelah membaca buku kedua ini? Sama, aku masih sangat menikmati cerita tentang sahabat-sahabat Risa ini. Yang membuat berbeda dari buku sebelumnya adalah di buku ini Risa menyampaikan kerisauan, kebingungan dan kegalauannya karena merasa rindu dengan sahabat-sahabatnya. Dia menuturkan kembali momen-momen lalu yang terjadi antara mereka, dan juga tentu saja ia masih bertemu dengan makhluk-makhluk lain dengan latar belakang cerita yang juga tentunya menarik.
Membaca buku-buku Risa ini bagaikan membaca dongeng. Bukan dongeng seperti yang sering kita dengar ketika akan tidur, namun dongeng tentang makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Risa memberi perspektif baru bahwa tak semua makhluk-makhluk tak kasat mata itu jahat dan menyeramkan seperti bayangan kita, dan kalaupun 'mereka' berbuat iseng biasanya ada latar belakang yang menjadi pemicunya. Cerita-cerita ini bukan sekedar cerita hantu biasa, namun juga terselip pesan-pesan baik yang bisa dijadikan pelajaran dalam hidup. 
Terima kasih Risa, telah membuatku merasa mengenal sahabat dan teman-temanmu ini..

Klaten, Juni 2015

No comments:

Post a Comment