Teman hidup. Kata yang sejak beberapa tahun belakangan ini populer di
kalangan orang-orang, terlebih saat Tulus mulai menyanyikan lagu ini
untuk menggambarkan kisah kasih dua anak manusia yang saling mencintai
dengan tulus dan hidup bersama.
Teman hidup, begitu nama chat grup di
salah satu sosial media yang kami gunakan untuk berkomunikasi. Dia
bukan hanya satu, namun dua orang yang selama beberapa tahun belakangan
ini memang selalu ada buatku.
Pagi hingga ketemu pagi, wajah
manusia-manusia ini yang pertama kali kulihat ketika aku menguap lebar dan hendak tidur, jugaketika aku bangun tidur keesokan
paginya.
Mereka juga orang yang rela ku repoti ketika aku sedang
sibuk dan pusing dengan urusan-urusan yang bahkan terkadang amat sepele.
Kadang mereka membantu dengan gerutuan-gerutuan kecil -yang tidak sepenuhnya sebuah keluhan- yang mengikutinya, namun tetap mereka akan setia
membantu.
Mereka juga lah orang yang bersedia merawatku ketika aku demam tinggi dan menjagaku layaknya adik mereka sendiri.
Teman
hidup. Mereka lebih dari sahabat untukku, lebih dari teman berbagi aib,
lebih dari 'partner in crime', lebih dari teman yang bukan hanya
menemani saat sedih, namun dengan sukarela akan mengiyakan ajakanku
untuk melakukan hal bodoh dan konyol. Mereka lebih dari itu semua.
Terima kasih untuk 4
tahun yang sudah kalian isi selama di perantauan ini. Terima kasih
telah menjadi keluarga yang baik untukku, teman yang bisa diandalkan,
sahabat berbagi cerita, dan teman tidur ketika kita sedang
bodoh-bodohnya.
Esok lusa, mungkin aku akan merindukan 'asrama haji'
yang selalu kita gunakan bertiga ketika kita ingin tidur bersama. Esok
lusa, mungkin aku akan merindukan momen-momen bodoh yang sering kita
lalui bersama tanpa kita sadari. Esok lusa, mungkin aku akan merindukan
kalian, manusia-manusia yang mengajarkan berbagai hal tentang hidup
tanpa kalian sadari.
Terima kasih, teman hidup.
Klt, Februari 2015
No comments:
Post a Comment