Kopi, dengan
berbagai wujudnya selalu berhasil menghadirkan kamu dalam ingatan. Aku sering
menemukanmu dalam secangkir kopi yang kadang ku buat di pagi atau malam hari,
atau beberapa kali ketika aku membaca buku yang menyebut dan bercerita mengenai
kopi. Bahkan tak jarang dari beberapa sajak pendek mengenai kopi yang ditweet
oleh penyair-penyair kesayanganku di twitter.
Terkadang aku tersenyum bahagia, namun tak jarang senyumku adalah senyum getir ketika tak sengaja mengingatmu dalam beberapa hal tersebut.
Kopi, entah mengapa
selalu membuatku mudah untuk mengingatmu. Mengingat suaramu yang kadang
terdengar renyah namun tak jarang sumbang, mengingat obrolan-obrolan seru kita, mengingat debat-debat tak penting yang pernah terjadi, dan terutama mengingat
senyummu yang sebenarnya tidak seteduh suara Mas Is Payung Teduh tapi cukup menyenangkan.
Seperti sore ini,
lagi-lagi dengan mudahnya aku menemukanmu dalam secangkir kopi dingin yang ku
buat untuk menemani sepiring omelet hangat. Menu sederhana yang sering dibuat
oleh sahabatku ketika tidak ada ide lagi untuk makan apa ketika di kos dulu.
Ah, aku pun rindu dengannya juga.
Aku bukan seorang coffee addict sepertimu, namun sesekali aku
meminumnya. Aku lebih sering minum kopi bungkus yang mudah ku jumpai di warung
dekat tempat tinggalku, atau kopi yang disajikan di beberapa kafe yang ku
kunjungi. Aku tak terbiasa meminum kopi
hitam pekat berampas, namun aku amat menikmati aromanya yang entah mengapa
sangat menenangkan. Hey, masih bolehkah aku menyebut diriku sebagai peminum kopi?
Kopi dan kamu, dua hal yang hampir sama dalam hidupku. Aku bisa menikmatinya ketika hangat pun ketika dingin. Kopi mengajarkan bahwa sepahit-pahitnya rasa yang ditinggalkan, namun aku masih bisa menyesap sedikit rasa manis ketika meminumnya dan masih bisa menikmatinya dengan tertawa. Mungkin ini yang membuatku selalu merasa menemukanmu di tiap hal yang berkaitan dengan kopi.
Terima kasih untukmu dan juga kopi, yang telah memberi dua rasa itu dalam satu sesapan.
Pic source : The NY Post |
Jadi, sudah berapa cangkir kopi yang kau minum hari ini? Dan bagaimana kabarmu?
- Klaten, Agustus 2015 -
No comments:
Post a Comment