Pic source : ciricara.com |
Sebenarnya menyebut orang yang menjadi tempat berkeluh kesah sebagai 'tempat sampah' pun terasa jahat dan picik, tapi ku pikir tak ada yang salah dengan kata itu. Bukankah 'tempat sampah' menjadi sesuatu yang berguna ketika tak ada lagi yang dapat menampung 'sampah' yang ada di kepala dan hati kita?
Menjadi 'tempat sampah' ku kira tidak selalu harus memberi solusi untuk semua masalah dan hal yang diceritakan, namun tak ada salahnya pula ketika orang lain bercerita kamu memberi solusi yang kamu pikir baik untuknya ketika dia memintamu untuk memberi saran pada masalahnya.
Tapi tidak semua orang yang bercerita bertujuan untuk mencari solusi, ada yang bercerita karena memang ingin bercerita dan ingin didengarkan. Kamu tahu, merasa didengarkan menurutku adalah bentuk dari perhatian itu sendiri. Kamu merasa ada orang lain yang memperhatikanmu dan merasa bahwa kamu tidak sendirian. Dengan bercerita (tentunya kepada orang kamu percaya) perasaanmu akan lebih baik, ya memang tak lantas beban dan masalahmu selesai, namun aku yakin perasaanmu akan jauh lebih ringan dan lebih baik (Ini yang terjadi padaku).
Menjadi pendengar yang baik pun tak kalah susah sebenarnya. Butuh kesabaran dan pengertian untuk tidak menyela dan memotong saat orang bercerita, serta tidak langsung memberi penghakiman pada cerita orang tersebut. Bukankah itu hal yang tidak mudah? Mengingat keinginan manusia yang kadang juga ingin menjadi pusat perhatian.
Maka berbahagialah kalian yang mempunyai 'tempat sampah' yang baik dan mengerti, yang tidak dengan mudah menyalahkan dan menghakimi kalian atas semua hal, dan yang mau meluangkan waktunya yang berharga hanya demi mendengar kalian bercerita dan berkeluh kesah.
Love,
Ajeng
No comments:
Post a Comment