Awan hitam memenuhi langit sore ini. Aku duduk memandang langit gelap dan menerawang jauh ke atas. Potongan-potongan adegan itu muncul di gumpalan awan hitam, bergerak seakan mereka hidup dan aku menjadi penonton atas kejadian yang sedang berlangsung. Itu potongan adegan-adegan yang pernah kita lalui dulu, saat tanganmu yang hangat masih dengan mudahnya menggenggam tanganku saat kita berjalan berdua.
Aku masih mengingat senyum nakalmu ketika aku mulai salah tingkah karena rayuanmu itu. Aku masih ingat bagaimana tangan-tangan kokohmu itu mengacak rambutku ketika kamu mulai gemas dengan kelakuanku. Aku masih ingat aroma parfum yang sering kamu pakai saat mengajakku berkencan. Selalu sama, dan tidak pernah membuat aku bosan memeluk punggung bidangmu itu. Aku masih ingat sepatu mana yang kamu pakai untuk mengajakku kencan di kencan pertama kita. Hampir semua hal yang berkaitan denganmu, masih tercetak dengan jelas di otak dan memoriku.
Aku masih mengingat senyum nakalmu ketika aku mulai salah tingkah karena rayuanmu itu. Aku masih ingat bagaimana tangan-tangan kokohmu itu mengacak rambutku ketika kamu mulai gemas dengan kelakuanku. Aku masih ingat aroma parfum yang sering kamu pakai saat mengajakku berkencan. Selalu sama, dan tidak pernah membuat aku bosan memeluk punggung bidangmu itu. Aku masih ingat sepatu mana yang kamu pakai untuk mengajakku kencan di kencan pertama kita. Hampir semua hal yang berkaitan denganmu, masih tercetak dengan jelas di otak dan memoriku.
Aku sama sekali tak bermaksud menyimpan semua kenangan itu, aku juga tak
pernah berusaha untuk mengingat-ingat setiap detil hal yang pernah kita
lalui berdua. Justru kenangan-kenangan sialan itu yang terus menerus
menerorku, tiba-tiba datang tanpa permisi terutama ketika aku sedang
merasa kosong dan hampa.
Jika kamu bertanya apa aku pernah mencoba untuk melupakan kenangan itu, maka tentu saja jawabannya ya. Aku bahkan pernah mencoba untuk membencimu, berkali-kali hingga akhirnya aku lelah sendiri karena yang kudapat hanyalah kenyataan bahwa aku semakin menderita semenjak kamu tak di sisiku.
Maka sekarang di sini lah aku, di tempat yang kamu bilang tempat favoritmu ketika kamu sedang jenuh-jenuhnya menghadapi hidup dan masalah yang datang bertubi-tubi. Merayakan kenangan-kenangan indah kita dulu dengan melihat kita di langit, dan menunggumu yang entah akan datang dan mengulurkan tanganmu lagi kepadaku atau tidak. Barangkali, semesta akan menuntunmu ke sini, menuntunmu untuk menemuiku di sini, barangkali.
Jika kamu bertanya apa aku pernah mencoba untuk melupakan kenangan itu, maka tentu saja jawabannya ya. Aku bahkan pernah mencoba untuk membencimu, berkali-kali hingga akhirnya aku lelah sendiri karena yang kudapat hanyalah kenyataan bahwa aku semakin menderita semenjak kamu tak di sisiku.
Maka sekarang di sini lah aku, di tempat yang kamu bilang tempat favoritmu ketika kamu sedang jenuh-jenuhnya menghadapi hidup dan masalah yang datang bertubi-tubi. Merayakan kenangan-kenangan indah kita dulu dengan melihat kita di langit, dan menunggumu yang entah akan datang dan mengulurkan tanganmu lagi kepadaku atau tidak. Barangkali, semesta akan menuntunmu ke sini, menuntunmu untuk menemuiku di sini, barangkali.
Klt, April 2015
No comments:
Post a Comment