my best angel (left to right) : Juju, Mbun, Punch (without Me >.<) |
"Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah"
Pernah dengar lagu itu? Yap, Kepompong nya Sindentosca. Cerita ini nggak jauh-jauh dari lirik lagu di atas. Ini tentang sahabat-sahabat saya, partner in crime, my bestdevil angel in this world.
Pernah dengar lagu itu? Yap, Kepompong nya Sindentosca. Cerita ini nggak jauh-jauh dari lirik lagu di atas. Ini tentang sahabat-sahabat saya, partner in crime, my best
Sebut saja kami Dazzle. Kenapa Dazzle?
Karena kami memang mempesona, berkilau sepanjang masa :D (Oke sorry ini narsis).
Karena kami memang mempesona, berkilau sepanjang masa :D (Oke sorry ini narsis).
Dulu, kami menamai geng kelompok bermain kami ini dazzling. Anggotanya ada 8 orang, tapi pelan-pelan seleksi alam berbicara dan mengerucut menjadi 5 dan lalu menjadi 4. Dazzling diambil dari nama kami berdelapan, ya sebenarnya nggak cocok sama inisial nama kami masing-masing ya tapi kami paksain aja, namanya juga gadis remaja belia yang baru ranum-ranumnya jadi wajarlah kalau sedikit berlebihan (Catat ya : Kami nggak alay).
Kami sahabatan dari smp, zaman masih suka foto dari angle atas samping, zaman masih suka kirim surat curhatan ke radio (lawas banget ya), zaman masih suka jalan kaki atau sepedaan ke mana-mana. Sebenarnya persahabatan ini didasari atas ketidaksengajaan, ya gimana sih kalau ketemu sama orang yang cocok ngobrol, klik, yaudah jadi akrab sampai sering banget curhat jamaahan.
Dulu banget ya pas awal-awal temenan akrab, kami selalu ke mana-mana berdelapan. Bayangin aja jalan ke mana aja berdelapan udah kayak rombongan ibu pkk. Duduk aja juga harus sebaris, kalau nggak bisa ya mentoknya deketan bangku. Sampai-sampai ya dulu itu sering banget nyoretin bangku sekolah dengan kapur pakai tulisan "DIPESAN" biar nggak pada duduk di situ terus geng hore saya bisa duduk deketan dan ngegosip selama pelajaran. Udah macam geng Nero ya, menguasai kelas :"D.
Seiring berjalannya waktu, yang namanya temenan juga ada pasang surutnya yang pada akhirnya satu-per satu anggota Dazzling ini pada ngejauh sendiri-sendiri, tapi ketiga temen saya yang difoto dan satu teman lagi (Namanya Firda, tapi kami memanggilnya Mamah) tetep ada di samping saya, tetep jadi saksi hidup kenakalan dan aib-aib saya dan mewarnai hidup saya.
Kami tetap jalan berlima, dan akhirnya mengukuhkan mengganti nama menjadi Dazzle. Waktu ganti nama itu, kami udah nggak ngasal lagi karena udah nyari artinya di kamus, dan ternyata artinya indah gitu.
Kami tetap jalan berlima, dan akhirnya mengukuhkan mengganti nama menjadi Dazzle. Waktu ganti nama itu, kami udah nggak ngasal lagi karena udah nyari artinya di kamus, dan ternyata artinya indah gitu.
Lulus dari smp, kami masuk ke SMA yang berbeda-beda. Saya, Mba Juju, Teteh dan Kakak tetap di SMA yang berada di kota kami, namun Mamah sekolah di luar kota, Purwokerto tepatnya. Meskipun sekolah kami berbeda-beda, tapi kami masih punya jadwal untuk ketemuan sekedar saling curhat atau makan bareng atau jalan-jalan ke SMP setiap minggunya, jadi ya temenan kita langgeng deh (Ini tanpa Mamah karena dia sendiri jarang pulang).
Lulus SMA, kami melanjutkan studi ke kota yang berbeda-beda. Saya dan Mba Juju kebetulan kuliah di satu kampus, namun berbeda jurusan. Kalau Teteh dan Kakak masih satu kota, tapi beda kampus. Perbedaan tempat studi ini semakin membuat jarak antara kami menjadi semakin renggang. Saya jarang sekali berkomunikasi dengan Teteh ataupun Kakak yang berbeda kota, sehingga kalau sesekali kami janjian ketemu, ada jarak yang terasa di antara kami berempat.
Sejujurnya awal-awal dulu setelah sekian lama nggak ketemu, saya ngerasain banget perubahan-perubahan sahabat-sahabat saya yang nggak saya ikuti. Saya sempat merasa asing dengan mereka, bertahun-tahun kenal tapi rasanya seperti teman yang baru saja mengajak berjabat tangan. Asing satu sama lain.
Namun lama kelamaan, perasaan asing itu mulai luntur karena intensitas komunikasi yang kami jalankan mulai membaik.
Namun lama kelamaan, perasaan asing itu mulai luntur karena intensitas komunikasi yang kami jalankan mulai membaik.
Saya sadar, bahkan amat sadar bahwa setiap orang akan berubah, cepat ataupun lambat. Hanya saja, mungkin saya yang susah menerima perubahan orang-orang di sekitar saya itu. Saya tetap diam di situ, memperhatikan orang berubah tapi tidak siap dengan perubahan yang terjadi sehingga saya merasa terpinggirkan dan tidak mengenal mereka.
Saya sangat amat sayang pada sahabat-sahabat saya ini. Meskipun kadang mereka itu ngeselin, sering jadi devil-devil di sekitar saya :p, dan berisiknya minta ampun, tapi mereka sebenarnya adalah orang-orang yang amat hangat. Orang-orang yang justru ngajakin saya foya-foya pas saya lagi putus cinta, orang-orang yang ngehapus tangisan saya ketika saya lagi patah-patahnya, orang yang blak-blakan bilang kejelekan saya di depan saya, orang-orang yang ada ketika saya seneng, galau gundah gulana, sedih dan saat saya lagi bertindak bodoh-bodohnya.
Saya pernah dengar, kalau persahabatan yang dijalani lebih dari 6 tahun itu akan menjadi persahabatan selamanya seumur hidup, jadi saya berharap kalau persahabatan saya dengan tiga cewek edan ini benar-benar menjadi persahabatan selamanya, yang walau diiringi pasang-surut tapi tetap saling bersama dan menyayangi satu sama lain dan tak lekang oleh waktu.
I Love you, my Dazzle :*
No comments:
Post a Comment