Saturday, September 14, 2013

Wanita berjilbab merah dan lelaki berompi orange

"Mas, aku bisa jelaskan apa yang terjadi" Kata wanita berjilbab merah kepada lelaki berompi orange.
"Sudah, aku tidak butuh penjelasanmu. Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri"
"Tapi itu tidak seperti yang kamu bayangkan, Mas. Dengarkan penjelasanku dulu"
"Aku tidak mau dengar, kamu telah menyakiti hatiku" Lalu laki-laki berompi orange itu pergi meninggalkan wanita berjilbab merah di jalan raya, seorang diri.
***
Bukan, adegan sesungguhnya yang terjadi bukan seperti skrip yang saya tulis di atas. Itu semua cuma rekaan saya saja :D
Wanita berjilbab merah tidak sedang merayu ataupun menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan lelaki berompi orange. Mereka sama sekali tidak ada hubungan yang khusus, bahkan saling kenal dan tahu nama saja tidak. Sang lelaki berompi orange juga bukan sedang tidak mengacuhkan penjelasan si wanita tentang hubungan mereka selanjutnya, lagi-lagi saya katakan, mereka tidak saling kenal.
Kejadian sesungguhnya(yang mungkin tidak sesungguhnya terjadi juga) adalah teman saya (wanita berjilbab merah) sedang meminta keterangan tentang proses pengerjaan jalan raya di suatu kota. Kami (saya dan beberapa teman, termasuk wanita berjilbab merah) mendapat tugas untuk membuat presentasi mengenai iklim kerja di suatu tempat kerja, dan akhirnya kami memilih jalan raya sebagai lokasi pengamatan. Yang kami lakukan di sana adalah mengamati kinerja para pekerja yang sedang menggarap perbaikan jalan raya, mewawancarai mereka tentang beban pekerjaan yang diterima, dan merasakan bagaimana iklim kerja yang ada di lokasi tersebut. Sang wanita berjilbab merah mungkin sedang menanyakan berapa jam kerja si mas berompi orange ini, apakah dia pernah megalami cedera-cedera saat bekerja dan lain sebagainya mengenai pekerjaan mereka. Si mas berompi orange juga melayani pertanyaan wanita berjilbab merah dengan baik, menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan dengan santai.
Satu hal yang menggelitik otak saya ketika melihat foto itu adalah adegan di atas yang sudah saya tulis. Adegan itulah yang pertama kali muncul di otak saya ketika melihat foto itu. Adegan di mana sepasang kekasih sedang terlibat konflik percintaan. Di mana yang menjadi pihak bersalah adalah si wanita, dan si lelaki merasa sangat dikecewakan oleh sang wanita. Yang pada akhirnya adegan itu ditutup dengan kemarahan si lelaki yang memuncak dan meninggalkan sang wanita menangis di jalan raya, seorang diri. Daaan eits, adegan belum berhenti di situ. Saat wanita menangis tersedu-sedu di jalan raya, pekerja-pekerja jalan lainnya-yang notabene adalah kawan si lelaki-datang menghampiri si wanita, menggodanya hingga sang wanita semakin menangis histeris dan sekonyong-konyong laki-laki itu kembali lagi dan mengusir orang-orang yang mengganggu kekasihnya. Dan pertengkaran usai, mereka saling berpelukan dan melupakan kesalahpahaman di antara mereka.

Itu yang ada di otak saya ketika melihat gambar itu. Dari sana saya belajar bahwa imajinasi setiap orang itu berbeda atas apa yang dilihatnya. Tidak semua orang akan berpikiran sama dengan saya ketika melihat foto itu, adegan-adegan lain mungkin akan tercipta dari kacamata-kacamata lainnya.
Sama seperi hidup. Setiap orang berbeda dalam memandang hidup yang mereka jalani. Setiap orang mungkin akan berbeda dalam hal pemaknaan hidup atas apa yang sudah dijalani. Mungkin kejadian yang dialami sama oleh beberapa orang, namun dalam hal pemaknaan dan penerimaannya, tidak semuanya sama. Ada yang bisa tegar dan kembali bangkit ketika patah hati, ada pula yang justru terpuruk dan menangisi keadaan ketika dia dihadapkan pada kejadian yang sama.
Jadi, bagaimana pandangan kita tentang hidup, ya itu tergantung dari sisi mana kita melihat potongan-potongan kejadian itu terjadi, apakah positif, negatif, absurd, atau apapun, itu semua terserah kita.

No comments:

Post a Comment