"Lanang"
Lanang menoleh mencari sumber suara itu. Dia menemukan sosok wanita semampai tengah memandanginya.
Lanang menoleh mencari sumber suara itu. Dia menemukan sosok wanita semampai tengah memandanginya.
"Aurel"
Lanang tercekat saat mengucap nama itu, Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wanita itu menghambur memeluk tubuh Lanang dan menangis. Tidak ada respon yang ditunjukkan Lanang, dia tidak bergeming sedikitpun.
Lanang tercekat saat mengucap nama itu, Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wanita itu menghambur memeluk tubuh Lanang dan menangis. Tidak ada respon yang ditunjukkan Lanang, dia tidak bergeming sedikitpun.
" Aku kangen kamu"
"Kapan Kamu kembali ke Jakarta?"
Hanya itu yang diucapkan Lanang atas pertemuan ini. Wanita itu menjawab pertanyaan Lanang dengan pelukan yang semakin erat.
Hanya itu yang diucapkan Lanang atas pertemuan ini. Wanita itu menjawab pertanyaan Lanang dengan pelukan yang semakin erat.
"Lepaskan Aurel, Aku tidak bisa bernafas"
"Aku kangen kamu. Nggak ada sehari pun aku nggak mikirin kamu di sana"
"Untuk apa kamu kembali kesini?"
"Aku kangen kamu. Aku masih sayang kamu". Aurel tiba-tiba memajukan badannya, mencoba meraih bibir Lanang dan menciumnya. Lanang tak bisa mengelak dan mereka sempurna berciuman.
Di sudut kanan pintu keluar kafe, seorang wanita tengah mengamati lekat kejadian itu. Dia tetap diam, namun tetesan air mulai muncul dari pelupuk matanya.
PRANG
Suara piring terjatuh menghentikan ciuman Aurel yang bertubi-tubi itu. Lanang segera menjauhkan badannya dari Aurel untuk melindungi dirinya dari kelakuan Aurel yang tidak pernah berubah.
Suara piring terjatuh menghentikan ciuman Aurel yang bertubi-tubi itu. Lanang segera menjauhkan badannya dari Aurel untuk melindungi dirinya dari kelakuan Aurel yang tidak pernah berubah.
"Ma-ma-maaf mbak, saya nggak sengaja. Saya akan ganti rugi untuk piring-piring ini" Wanita yang tak sengaja menabrak pramusaji kafe itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya. Matanya masih basah dan lembab karena tangisannya yang tanpa suara. Dia lalu buru-buru pergi meninggalkan kafe itu dengan hati terluka.
"Laksmi" Lanang terlambat menyadari siapa wanita yang membuat kegaduhan itu.
"Jangan Jangan" bibirnya tercekat. Dia pergi mengejar Laksmi yang bahkan bayangannya pun sudah tidak terlihat dari matanya.
No comments:
Post a Comment