Sunday, December 08, 2013

Selamat Ulang tahun

Untuk kamu yang pernah menjadi teman baikku
Untuk kamu yang pernah menjadi abang yang sangat menyayangiku
Untuk kamu yang pernah menyebutku adik kesayanganmu meskipun kita bukan saudara satu susuan
Untuk kamu yang mau meladeni segala sikap menyebalkanku
Untuk kamu yang selalu menasihatiku ketika aku butuh saran
Untuk kamu yang pernah dengan rela menjadi tempat ku bercerita apapun yang aku ingin ceritakan,
Selamat ulang tahun untukmu...
Semoga kamu selalu menjadi orang yang baik, menjadi kakak yang patut dijadikan panutan dan menyenangkan untuk adik-adikmu, menjadi anak yang bisa membuat  orangtuamu bahagia dan dapat dibanggakan.
Semoga usahamu semakin maju, segala yang sedang kamu kerjakan dan kamu impikan didengar oleh Tuhan dan segera dikabulkan.
Terima kasih telah menjadi orang yang sangat amat menyenangkan. Terima kasih untuk waktu-waktu bersama yang telah kamu luangkan untukku. Kamu sangat amat baik, dan juga menyenangkan tentunya. Maaf telah pernah mengecewakanmu, dan maaf juga pernah membuatmu mempunyai masalah hanya karena aku. Tetaplah menjadi kakak yang baik, meskipun aku dan kamu sudah tidak seperti dulu lagi.
Terima kasih untuk itu semua,.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Kak. Semoga kamu selalu bahagia dan mensyukuri segala yang kamu punya.

Klt-08 Des '13

Thursday, October 10, 2013

Amin untuk semuanya

Nanti, suatu saat capek, pusing, uring-uringan ku ini akan terbayar dengan senyum bahagia ku serta Ibu dan Bapak.
Nggak apa sekarang ini bingung, pusing, ngerasa bodohnya minta ampun, tapi ini proses pembelajaran. Katanya bingung itu menandakan bahwa kita mikir, dan berpikir adalah salah satu jalan untuk menemukan jawaban.
Yang aku tahu sekarang adalah fokus sama yang pengen aku selesaikan. Nggak apa yang lain selangkah, dua langkah atau seribu langkah lebih maju daripada aku, tapi nanti mudah-mudahan aku bisa ngejar langkah-langkah mereka.
Yang aku tahu sekarang, aku harus lebih banyak berdoa, lebih banyak berserah sama Tuhan, dan yakin pasti akan dikasih jalan yang terbaik.
Yang aku tahu sekarang, aku harus lebih semangat lagi, lebih gila lagi biar semuanya lancar.
Yang aku tahu sekarang, nanti suatu saat lelahku ini akan terbayar dengan setimpal, dan semoga dibayar secepatnya. Amin

Semarang, 10 Oktober 2013

Monday, September 16, 2013

Call us : Dazzle

my best angel (left to right) : Juju, Mbun, Punch (without Me >.<)
"Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Persahabatan bagai kepompong, hal yang tak mudah berubah jadi indah"

Pernah dengar lagu itu? Yap, Kepompong nya Sindentosca. Cerita ini nggak jauh-jauh dari lirik lagu di atas. Ini tentang sahabat-sahabat saya, partner in crime, my best devil angel in this world.

Sebut saja kami Dazzle. Kenapa Dazzle?
Karena kami memang mempesona, berkilau sepanjang masa :D (Oke sorry ini narsis).

Dulu, kami menamai geng kelompok bermain kami ini dazzling. Anggotanya ada 8 orang, tapi pelan-pelan seleksi alam berbicara dan mengerucut menjadi 5 dan lalu menjadi 4. Dazzling diambil dari nama kami berdelapan, ya sebenarnya nggak cocok sama inisial nama kami masing-masing ya tapi kami paksain aja, namanya juga gadis remaja belia yang baru ranum-ranumnya jadi wajarlah kalau sedikit berlebihan (Catat ya : Kami nggak alay).

Kami sahabatan dari smp, zaman masih suka foto dari angle atas samping, zaman masih suka kirim surat curhatan ke radio (lawas banget ya), zaman masih suka jalan kaki atau sepedaan ke mana-mana. Sebenarnya persahabatan ini didasari atas ketidaksengajaan, ya gimana sih kalau ketemu sama orang yang cocok ngobrol, klik, yaudah jadi akrab sampai sering banget curhat jamaahan.

Dulu banget ya pas awal-awal temenan akrab, kami selalu ke mana-mana berdelapan. Bayangin aja jalan ke mana aja berdelapan udah kayak rombongan ibu pkk. Duduk aja juga harus sebaris, kalau nggak bisa ya mentoknya deketan bangku. Sampai-sampai ya dulu itu sering banget nyoretin bangku sekolah dengan kapur pakai tulisan "DIPESAN" biar nggak pada duduk di situ terus geng hore saya bisa duduk deketan dan ngegosip selama pelajaran. Udah macam geng Nero ya, menguasai kelas :"D.

Seiring berjalannya waktu, yang namanya temenan juga ada pasang surutnya yang pada akhirnya satu-per satu anggota Dazzling ini pada ngejauh sendiri-sendiri, tapi ketiga temen saya yang difoto dan satu teman lagi (Namanya Firda, tapi kami memanggilnya Mamah) tetep ada di samping saya, tetep jadi saksi hidup kenakalan dan aib-aib saya dan mewarnai hidup saya.
Kami tetap jalan berlima, dan akhirnya mengukuhkan mengganti nama menjadi Dazzle. Waktu ganti nama itu, kami udah nggak ngasal lagi karena udah nyari artinya di kamus, dan ternyata artinya indah gitu.

Lulus dari smp, kami masuk ke SMA yang berbeda-beda. Saya, Mba Juju, Teteh dan Kakak tetap di SMA yang berada di kota kami, namun Mamah sekolah di luar kota, Purwokerto tepatnya. Meskipun sekolah kami berbeda-beda, tapi kami masih punya jadwal untuk ketemuan sekedar saling curhat atau makan bareng atau jalan-jalan ke SMP setiap minggunya, jadi ya temenan kita langgeng deh (Ini tanpa Mamah karena dia sendiri jarang pulang).

Lulus SMA, kami melanjutkan studi ke kota yang berbeda-beda. Saya dan Mba Juju kebetulan kuliah di satu kampus, namun berbeda jurusan. Kalau Teteh dan Kakak masih satu kota, tapi beda kampus. Perbedaan tempat studi ini semakin membuat jarak antara kami menjadi semakin renggang. Saya jarang sekali berkomunikasi dengan Teteh ataupun Kakak yang berbeda kota, sehingga kalau sesekali kami janjian ketemu, ada jarak yang terasa di antara kami berempat.

Sejujurnya awal-awal dulu setelah sekian lama nggak ketemu, saya ngerasain banget perubahan-perubahan sahabat-sahabat saya yang nggak saya ikuti. Saya sempat merasa asing dengan mereka, bertahun-tahun kenal tapi rasanya seperti teman yang baru saja mengajak berjabat tangan. Asing satu sama lain.
Namun lama kelamaan, perasaan asing itu mulai luntur karena intensitas komunikasi yang kami jalankan mulai membaik.

Saya sadar, bahkan amat sadar bahwa setiap orang akan berubah, cepat ataupun lambat. Hanya saja, mungkin saya yang susah menerima perubahan orang-orang di sekitar saya itu. Saya tetap diam di situ, memperhatikan orang berubah tapi tidak siap dengan perubahan yang terjadi sehingga saya merasa terpinggirkan dan tidak mengenal mereka.

Saya sangat amat sayang pada sahabat-sahabat saya ini. Meskipun kadang mereka itu ngeselin, sering jadi devil-devil di sekitar saya :p, dan berisiknya minta ampun, tapi mereka sebenarnya adalah orang-orang yang amat hangat. Orang-orang yang justru ngajakin saya foya-foya pas saya lagi putus cinta, orang-orang yang ngehapus tangisan saya ketika saya lagi patah-patahnya, orang yang blak-blakan bilang kejelekan saya di depan saya, orang-orang yang ada ketika saya seneng, galau gundah gulana, sedih dan saat saya lagi bertindak bodoh-bodohnya.

Saya pernah dengar, kalau persahabatan yang dijalani lebih dari 6 tahun itu akan menjadi persahabatan selamanya seumur hidup, jadi saya berharap kalau persahabatan saya dengan tiga cewek edan ini benar-benar menjadi persahabatan selamanya, yang walau diiringi pasang-surut tapi tetap saling bersama dan menyayangi satu sama lain dan tak lekang oleh waktu.

I Love you, my Dazzle :*

Saturday, September 14, 2013

Wanita berjilbab merah dan lelaki berompi orange

"Mas, aku bisa jelaskan apa yang terjadi" Kata wanita berjilbab merah kepada lelaki berompi orange.
"Sudah, aku tidak butuh penjelasanmu. Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri"
"Tapi itu tidak seperti yang kamu bayangkan, Mas. Dengarkan penjelasanku dulu"
"Aku tidak mau dengar, kamu telah menyakiti hatiku" Lalu laki-laki berompi orange itu pergi meninggalkan wanita berjilbab merah di jalan raya, seorang diri.
***
Bukan, adegan sesungguhnya yang terjadi bukan seperti skrip yang saya tulis di atas. Itu semua cuma rekaan saya saja :D
Wanita berjilbab merah tidak sedang merayu ataupun menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan lelaki berompi orange. Mereka sama sekali tidak ada hubungan yang khusus, bahkan saling kenal dan tahu nama saja tidak. Sang lelaki berompi orange juga bukan sedang tidak mengacuhkan penjelasan si wanita tentang hubungan mereka selanjutnya, lagi-lagi saya katakan, mereka tidak saling kenal.
Kejadian sesungguhnya(yang mungkin tidak sesungguhnya terjadi juga) adalah teman saya (wanita berjilbab merah) sedang meminta keterangan tentang proses pengerjaan jalan raya di suatu kota. Kami (saya dan beberapa teman, termasuk wanita berjilbab merah) mendapat tugas untuk membuat presentasi mengenai iklim kerja di suatu tempat kerja, dan akhirnya kami memilih jalan raya sebagai lokasi pengamatan. Yang kami lakukan di sana adalah mengamati kinerja para pekerja yang sedang menggarap perbaikan jalan raya, mewawancarai mereka tentang beban pekerjaan yang diterima, dan merasakan bagaimana iklim kerja yang ada di lokasi tersebut. Sang wanita berjilbab merah mungkin sedang menanyakan berapa jam kerja si mas berompi orange ini, apakah dia pernah megalami cedera-cedera saat bekerja dan lain sebagainya mengenai pekerjaan mereka. Si mas berompi orange juga melayani pertanyaan wanita berjilbab merah dengan baik, menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan dengan santai.
Satu hal yang menggelitik otak saya ketika melihat foto itu adalah adegan di atas yang sudah saya tulis. Adegan itulah yang pertama kali muncul di otak saya ketika melihat foto itu. Adegan di mana sepasang kekasih sedang terlibat konflik percintaan. Di mana yang menjadi pihak bersalah adalah si wanita, dan si lelaki merasa sangat dikecewakan oleh sang wanita. Yang pada akhirnya adegan itu ditutup dengan kemarahan si lelaki yang memuncak dan meninggalkan sang wanita menangis di jalan raya, seorang diri. Daaan eits, adegan belum berhenti di situ. Saat wanita menangis tersedu-sedu di jalan raya, pekerja-pekerja jalan lainnya-yang notabene adalah kawan si lelaki-datang menghampiri si wanita, menggodanya hingga sang wanita semakin menangis histeris dan sekonyong-konyong laki-laki itu kembali lagi dan mengusir orang-orang yang mengganggu kekasihnya. Dan pertengkaran usai, mereka saling berpelukan dan melupakan kesalahpahaman di antara mereka.

Itu yang ada di otak saya ketika melihat gambar itu. Dari sana saya belajar bahwa imajinasi setiap orang itu berbeda atas apa yang dilihatnya. Tidak semua orang akan berpikiran sama dengan saya ketika melihat foto itu, adegan-adegan lain mungkin akan tercipta dari kacamata-kacamata lainnya.
Sama seperi hidup. Setiap orang berbeda dalam memandang hidup yang mereka jalani. Setiap orang mungkin akan berbeda dalam hal pemaknaan hidup atas apa yang sudah dijalani. Mungkin kejadian yang dialami sama oleh beberapa orang, namun dalam hal pemaknaan dan penerimaannya, tidak semuanya sama. Ada yang bisa tegar dan kembali bangkit ketika patah hati, ada pula yang justru terpuruk dan menangisi keadaan ketika dia dihadapkan pada kejadian yang sama.
Jadi, bagaimana pandangan kita tentang hidup, ya itu tergantung dari sisi mana kita melihat potongan-potongan kejadian itu terjadi, apakah positif, negatif, absurd, atau apapun, itu semua terserah kita.

Friday, September 13, 2013

Senja dan atap gedung

Mereka bukan sepasang kekasih, mereka bukan sepasang suami-istri, mereka tidak ada hubungan dalam hal percintaan. Mereka hanya sebatas teman. Teman yang siluetnya tidak sengaja terekam di lensa kamera handphone buluk saya.
Saya memotretnya kala senja di suatu hari yang tidak terlalu mendung setelah kami menonton pertandingan sepak bola yang diadakan kampus kami. Entah apa yang sedang mereka bicarakan saat itu, saya juga tidak tahu. Sang perempuan, kawan baik saya di kampus. Kami sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar makan bersama dan menggosip hal-hal tidak penting. Sang laki-laki, seorang kakak senior yang berbeda jurusan dengan kami, tapi sering sekali menghabiskan waktu sorenya bersama kami. Kadang hanya sekedar mengobrol sambil menonton basket, menonton sepak bola ataupun futsal. Aneh memang kegiatan yang kami lakukan ini berkisar dari menonton pertandingan-pertandingan olahraga itu.
Dua orang difoto adalah kawan, tidak terlalu akrab pun tidak sebatas saling tahu. Mereka bukan sepasang kekasih, mereka bukan sepasang suami-istri, mereka tidak ada hubungan dalam hal percintaan, mereka hanya sebatas teman yang menghabiskan senja secara bersama di atap gedung olahraga kampus kami, dan itu yang membuatnya terasa istimewa.
Karena bukankah tidak harus mempunyai hubungan yang spesial untuk bisa menikmati senja secara istimewa? Cukup dengan seorang kawan, tidak perlu seperti sahabat dan tidak perlu banyak kata untuk menikmatinya secara bersama.

Thursday, September 12, 2013

Panggil aku Jenderal


Namaku, ya panggil saja aku Jenderal karena kelak aku akan jadi Jenderal pemberani yang menegakkan keadilan. Pagi ini, sama seperti pagi yang lainnya aku bangun setelah Ibuku yang kadang sangat bawel itu menciprat-cipratkan air di mukaku. Seusai mandi, aku sarapan bersama Ibu, Bapak dan kakak perempuanku di ruang makan sederhana kami. Sarapanku? tentu saja makanan enak yang selalu dimasak oleh Ibu. Pagi ini menu sarapan keluarga kami adalah sayur asam, tempe goreng dan ikan teri yang rasanya sangat asin seperti ketekku ketika aku selesai bermain bola dengan temanku. Ibu tersenyum dan mengelus kepalaku saat melihatku makan dengan lahapnya.
"Makan yang banyak, Nak. Biar pinter, biar bisa jadi Jenderal" Itu kata Ibu setiap kali aku makan dengan lahapnya. Aku sendiri tidak begitu mengerti kenapa Ibu selalu mengatakan agar aku jadi Jenderal, namun sejak saat itu aku bercita-cita menjadi Jenderal.
Pagi ini aku ditugasi Ibu guru untuk memimpin barisan teman-teman sebelum masuk kelas. Pukul 07.00 pagi lonceng Sekolah dibunyikan oleh Bapak guru, dan aku segera bersiap mengambil poisisi sebagai pemimpin barisan. Teman-temanku malah asyik berlari-larian di halaman sekolah, dan tak memperdulikanku yang sudah siap di depan kelas.
"Tania, Putri, Aam, Panjul ayo semua berbaris. Kalian ini seperti anak kecil yang nakal saja, ini kan sudah bel. Aku mau menyiapkan barisan nih" Kataku pada mereka yang masih berlari-larian itu. Mereka segera menghampiri dan mengikuti barisan yang sudah mulai rapi sambil menggerutu. Aku mulai menyiapkan barisan dan teman-teman mengikuti aba-aba yang ku komandoi, lalu mereka masuk ke kelas dengan rapi dan tidak banyak bicara.
"Bagus sekali, Nak. Kamu menyiapkan teman-temanmu dengan baik. Pantas kalau kamu dipanggil Jenderal" Ibu guru tersenyum padaku, mengacungkan kedua jempolnya tanda bahwa Beliau bangga padaku. 
Panggil saja aku Jenderal, karena esok aku akan jadi jenderal yang menumpas kejahatan. Panggil aku Jenderal karena aku akan menjadi pemimpin yang adil dan jujur. Panggil aku jenderal, karena sekarang aku memang seorang jenderal cilik yang pemberani.

Wednesday, September 11, 2013

Sepak botol



"Bro, main bola yok kita"

"Mana bolanya Bro? Kagak ada bola di sini"

"Plis deh Bro, thinking smart, itu ada botol air mineral"

"Maksud lu kita main pake itu, Bro?"

"Kagak, kita main pake bekel. Yaiyalah pake itu"

Lalu kami main bola botol bersama. Bukan permainan putar botol seperti yang sering dilakukan orang dalam permainan truth or dare, tapi botol untuk di tendang-tendang.
Pelataran gedung kampus yang kosong kami pakai sebagai lapangan sepak botol, dan pemainnya pun tak perlu banyak orang, cukup kami berempat.

Permainan berlangsung seru, kami saling gocek satu sama lain, saling beradu dan akhirnya aku berhasil memasukkan botol ke gawang semu yang kami buat. Kami bersorak kegirangan, begitu pula para perempuan yang menonton kami. Mereka bersorak-sorak mengelu-elukanku. Semangatku semakin membara mendengar para perempuan yang menyoraki kami, aku pun menambah kekuatan pada tendanganku yang justru menyebabkanku jatuh dan terpeleset.
BRUKKK.
Badanku yang lumayan besar rubuh ke lantai, mengenai botol yang masih ada sedikit sisa airnya.
Bajuku basah, rembes terkena air. Kawan-kawanku hanya melihat dan tertawa terbahak-bahak. Aku pun ikut menertawakan keadaan dan kelakukan kekanakan kami.
Sore itu indah, meski badanku masih sakit karena jatuh tapi aku bahagia menghabiskan sore dengan kawan-kawanku. Aku pulang kos dengan senyum lebar, senyum yang sudah beberapa tahun ini tak nampak di wajah tegangku.

Panti Werda

Jadi, setahunan yang lalu saya pernah ikut acara seperti bakti sosial gitu, kebetulan bakti sosialnya di salah satu Panti Werda yang dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang. Nah, di panti tersebut, saya ketemu banyak sekali nenek-nenek dan kakek-kakek (yaiyalah). Panti ini menampung para orang tua yang sudah nggak punya keluarga, jadi kebanyakan memang yang sebatang kara, tapi nggak jarang juga yang emang dititipin sama keluarganya di sini.
Waktu itu, saya sama teman-teman saya yang datang ke sana ngelakuin hal yang sejujurnya belum pernah saya lakuin. Di sana, saya belajar mandiin nenek-nenek yang udah susah jalan, mandiin nenek-nenek yang di kursi roda. Kenapa kerjaan saya mandiin semua ya? Iya karena pas saya datang, itu emang jam mandinya jadi ya mandiin. Kalau teman saya yang lain, ya beda-beda tugasnya tergantung mereka masuk kawasan rumah yang mana jadi tugasnya disesuaikan. Nah di sana itu ada beberapa blok rumah yang kawasannya beda-beda. Ada kawasan yang untuk para lansia yang memang sudah tidak bisa melakukan apa-apa, kawasan yang masih normal bisa jalan sendiri, makan sendiri gitu deh. Terus setiap blok rumah itu juga ada namanya sendiri-sendiri, cuman saya lupa nama rumahnya apa aja :D
Setelah mandiin itu, tugas kedua saya adalah nyuapin nenek-nenek, tapi pas mau saya suapin eh ternyata neneknya belum mau makan jadi yaudah deh sayanya balik ke aula panti. Di sana, kami udah nyiapin acara kecil-kecil yang intinya sih buat bikin nenek dan kakek di sana seneng. Jadilah waktu itu kami melakukan senam tertawa.
Instruktur senam tertawa : Tika- Mba Yuni


Nenek-neneknya pada semangat senam
 Memang sih, yang kami lakukan cuma sebatas ngajakin senam, ngajakin gerak ala kadarnya tapi tau nggak itu bikin mereka seneng lho. Saya bisa ngelihat mereka senyum bahagia di usia senja mereka. Karena mereka ini sebenernya kan cuma pengen diperhatiin, disayangin layaknya orangtua yang disayanagi anaknya. Jadi pas kami semua datang ke sana, bantu mandiin, nyuapi, ngajakin ngobrol, ngajakin ketawa-kwtiei ya jelas mereka seneng banget.
Oh iya, nenek-nenek di sini hebat-hebat lho, karena di panti juga diajarin buat kreasi kerajinan tangan jadinya ya mereka produktif meskipun udah tua gitu. Satu lagi yang saya salut, ya sama pengurus panti nya. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang ngurusin di situ itu ramah-ramah, selalu ngurusin nenek-nenek dan kakek-kakek ini dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. TOP banget kan ya.

Peserta senam tertawa. Lumayan banyak ya :))

 

Pulang dari sana, saya belajar banyak hal. Saya belajar bahwa nggak selamanya bahagia itu berkisar materi aja, tapi ada bentuk bahagia lain yang esensinya lebih dalam, lebih haqiqi yaitu cinta kasih. Orang di sekitar kita kadang cuma butuh yang namanya diperhatiin, diajak ngobrol bareng, dirawat pas sakit daripada terus-terusan dicekokin sama materi tapi hatinya kosong, nggak disirami sama kasih sayang. Saya belajar semangat yang nggak pernah pupus dari para kakek-nenek ini. Di usia senja mereka, mereka masih semangat menjalani hidup meskipun nggak ada keluarga yang menemani, tetap berkarya sesuai kemampuannya, tetap menjadi cahaya dan bahagia bagi orang lainnya. Saya bersyukur dipertemukan dengan mereka semua, dibolehkan kenalan dan tahu gimana ngurusin nenek-kakek yang sudah sepuh, dan saya bahagia :)

Monday, August 26, 2013

Yang (Mungkin) Harus Kamu Tahu

Kita tidak benar-benar saling mengenal, kita hanya sebatas saling tahu.
Tidak benar-benar saling memahami dan mengerti.

Kamu bilang, wanita itu susah dimengerti? Ya, Aku pikir ada benarnya apa yang kamu katakan, karena kadang kala aku sendiri tidak mengerti dengan diriku, pun dengan teman-teman wanita ku.

Kamu bilang, hati wanita susah ditebak. Jika sesekali kamu mencoba menebaknya dan salah, wanita akan marah. Kalaupun kamu menebak dengan benar, katamu wanita akan tetap mengatakan kamu itu salah. Kamu tahu lelucon atau apalah kau sebut itu apa yang mengatakan bahwa "Wanita selalu benar"?
Hey, untuk yang satu itu kamu tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar.

Kamu tahu, terkadang aku ingin kamu paham tentang perasaanku, tanpa aku harus mengatakannya secara gamblang kepadamu. Tidak adil memang, karena aku tahu kamu bukan cenayang yang bisa membaca hati dan pikiran orang lain, termasuk aku.
Tapi ketahuilah, sebenarnya aku hanya ingin kamu menunjukkan bahwa kamu berusaha untuk memahami yang sedang ku rasakan, meskipun pada akhirnya mungkin kamu akan tetap salah di mataku.

Ketahuilah, kalau aku sedang marah padamu, maka jangan hanya mendiamkanku. Aku tahu yang kamu lakukan itu untuk menghindarkan konflik yang berlebihan pada kita, tapi terkadang aku juga ingin kamu menenangkanku ketika aku marah padamu.
Ketahuilah, ketika aku bilang "Aku tidak apa-apa" ada sedikit bagian dari dalam diriku yang menginginkan kamu bertanya tentang apa yang terjadi padaku, keadaanku, apa aku baik saja ataukah apa ada yang sedang mengganggu pikiranku.
Ketahuilah, ketika aku sangat bawel dan ceriwis ini itu, hanya semata karena aku mencemaskanmu. Jadi maafkan aku kalau kebawelanku itu justru mengganggu hidupmu.
Ketahuilah, ketika aku mulai merajuk dan merengek hal sepele padamu, itu sebenarnya karena aku hanya ingin kamu memanjakan dan melindungiku.
Ketahuilah, jika aku sering menerormu dengan sms atau telepon yang terkadang tidak tahu waktu dan kondisi, itu semata karena aku hanya ingin tahu keadaanmu, dan memastikan bahwa kamu baik saja.
Ketahuilah itu semua. Aku tidak terlalu berharap kamu melakukan apa yang kutuliskan ini. Aku hanya ingin kamu tahu, dan mengerti karena mungkin itu akan mempermudah untukmu, untukku, kita.

Satu hal lagi yang aku ingin kamu tahu. Aku tidak tahu batas antara nyata dan maya yang kadang kamu ciptakan. Maksudku, aku tidak tahu apa yang kamu lakukan itu hanya bercanda atau serius padaku. Aku tidak tahu apa motif dibalik semua obrolan tidak penting kita itu. Hanya satu yang kutahu, aku menikmati itu semua.
Maka ketahuilah bahwa jangan sekalipun kamu menebar jaring kalau kamu sendiri tidak benar-benar ingin memanen ikan di jaring yang kau tebar itu.


Smg, 23 Agustus 2013.
Di suatu siang yang terik ketika tidak ada yang bisa dikerjakan di tempat praktek. (Repost dari note facebookku)

nb : Narasi pendek ini juga saya visualisasikan dengan suara. Kalau mau dengar bisa ke sini  ^^ xoxo

Wednesday, August 21, 2013

Fans!

Mau cerita lagi yah, tentang masa sekolah Saya. Lebih tepatnya masa di mana Saya mulai suka sama orang #Ciegitu. Oke Saya ini sebenarnya anak yang polos, nggak ngerti pacar-pacaran, alim gitu lah pokoknya. Tipikal anak lugu banget :p
Waktu SMP, Saya belum kenal tuh suka-sukaan, eh mungkin udah kenal ya, tapi ya cuma sebatas suka dan nggak berniat pacar-pacaran, ya maklum sih polos.
Waktu SD, Saya sering dicengin temen-temen cowok Saya-Teman akrab Saya kebanyakan cowok-sama kakak kelas gara-gara pernah nubruk si kakak satu itu. Nah, kata kakak kelas Saya yang lainnya, gara-gara tubrukan nggak sengaja itu, si kakak jadi naksir Saya dan sering godain Saya. Makanya gara-gara sering digodain kakak itu, temen-temen pada ikutan ceng-cengin Saya. Tapi ya dasar bocah lugu, polos baik hati, Saya nya lempeng aja tiap dicengin, anggap angin lalu :p
Naik ke SMP, saya mulai ngerti tuh rasanya suka sama orang. Saya sempat ngefans sama temen seangkatan.  Cowok idola Saya itu pendiam, terkesan dingin dan nggak friendly karena jarang banget dia senyum-atau saya aja yang nggak pernah lihat dia senyum?- ke orang lain, dan nggak ramah pun. Kebtulan juga, kelas kami itu berdekatan jadi Saya sering papasan selintas sama dia, dan sering ngintipin dia di kelasnya juga sih hahaha.
Cowok itu juga pinter dan bisa dibilang multi talenta,  makanya saya ngefans abis sama dia. Tapi dari semua kelebihan-kelebihan yang sudah saya sebut tadi, ada satu hal yang bikin saya sukaaaaaaaaaaaaaaaaak banget sama dia. His eagle eyes!
Matanya itu lho, yang bikin klepek-klepek. Cara dia natap orang itu tuh sebenernya agak sadis, karena tatapannya tajam, udah gitu ngawasinatau ngelirik orangnya nggak pake senyum lagi.HIH! Tapi justru itu yang bikin saya jadi suka banget sama dia. Hampir tiap hari lah rutinitas ngintip itu Saya lakukan, demi ngelihat prince charming Saya itu :"). Sahabat-sahabat Saya juga pada tau sih kalau saya ini fans dia garis keras, jadi mereka sering nemenin ngintip dia juga hehehe.
Tapi yang namanya hidup, kan nggak selalu ya terjadi sesuai keinginan Kita. Jadi sampai detik ini, saya tetep cuma bisa jadi fans dia, jadi penonton hidupnya. Ngelihat dia pacaran sama si A, si B atau siapapun wanita beruntung itu. Nah sekarang ini dia juga lagi pacaran sama orang yang saya kenal juga. Pacarnya cantik, keren, hebat, pinter setipe sama dia cuman pacarnya lebih friendly ke orang lain, jadi ya seimbang.
Jadi, pokoknya saya seneng sih ngefans sama itu orang, sampai sekarang pun kalau nggak sengaja ketemu atau lihat update-annya aja masih suka senyum-senyum sendiri :D

Itu sih pengalaman suka-sukaan yang pernah saya alamin. Agak silly, aneh, dan klise mungkin ya, tapi itu nyata dan benar adanya ^^

eh iyah, find me on twitter too ya >> @ajengrizkii

Tuesday, August 20, 2013

Setelah Hujan

"Seperti pelangi, setia menunggu hujan reda"
Kalimat di atas adalah sepenggal lirik salah satu lagu favorit saya. Desembernya Efek Rumah Kaca. Ada yang tahu sama lagu itu? Kalau ada yang nggak tahu, kalian melewatkan satu lagu hujan yang indah #Tsah.
Saya nggak akan ngeriview lagu ini sih, karena saya sendiri nggak pinter ngeriview sebuah buku atau lagu. Saya cuma akan sedikit cerita tentang apa yang saya percaya, yang saya tanamkan dalam diri saya sendiri. Seperti lirik lagu yang di atas tadi, Saya selalu percaya sama lirik itu. Akan ada pelangi yang muncul setelah hujan reda, meskipun hujannya pakai petir dan geledak sekalipun. Analogi itu saya sering pakai dan percaya saat banyak masalah dan ujian datang menghadang. Setiap masalah atau ujian, pasti ada akhirnya. Beberapa berakhir dengan bahagia, beberapa berakhir dengan kesedihan. Tapi, kalau saya sih percaya akhir itu selalu bahagia, dengan berbagai macam bentuk dan jalan.
Kadangkala, Tuhan memang memberikan ujian dan masalah yang amat sangat berat(menurut kita sih), tapi pasti Tuhan punya alasan kenapa memberikan ujian itu ke Kita. Ya memang terkesan klise sih kalimat tadi, tapi sungguh kalimat itu benar adanya.
Jadi intinya, seberat apapun ujian yang kita alami, pasti ada penyelesaiannya dan pasti akan memberikan hikmah yang sangaaaaaat bermanfaat bagi kita :) hehe.
So, hadapi aja masalah kita, toh masalah itu nggak lebih besar dari diri kita sendiri, dan selalu libatkan Tuhan dalam setiap hal yang kita lakukan.

Saturday, July 20, 2013

Happy part 1

Am i Hapyy? Oh yes iam. I do happy :D
Sadar kalau ternyata banyak orang yang care nan menyenangkan di sekeliling kita itu sangat membahagiakan. Dan saya sangat bersyukur karena itu.
Beberapa hari ini sangat menyenangkan, meskipun cuma di rumah dan nggak kemana-kemana (Oh ya, liburan ini sangat amat membosankan sekali ketika kita nggak melakukan apapun) tapi ternyata banyak hal yang bisa bikin bahagia loh.
Contohnya? Smsan bego sama temen deket di SMA. Padahal bahasan di sms pun juga endingnya bahas jodoh yang nggak kunjung datang (Oh, poor iam), nanyain kabar, sibuk apa, dan pertanyaan standar lainnya. Yang menyenangkan itu adalah ketika saling ngeledikn seenak udelnya sendiri tentang nasib jomblo kita. Oh ya, temen saya itu jomblo juga loh, cantik pun kalem. Pokoknya tipe-tipe wanita idaman lelaki shaleh lah (ini promosi terselubung).
Herannya, kenapa saya bisa deket banget sama dia diatas sifat kami yang jungkir balik beda banget? Awalnya mungkin karena terpaksa ketika akhirnya dia duduk disamping saya dan jadi classmate abadi saya  setelah dia memutuskan pisah ranjang kursi setelah putus sama pacarnya yang dulu sekelas sama kami juga HAHAHAHA. Bisa bayangkan apa perasaannya sebelahan duduk sama manusia yang berisiknya ngalahin bapak-bapak ngeronda macam saya? Mungkin dia stress, dan mungkin pula pernah sekali dalam hidupnya-selama dia sebelahan sama saya-pengen melambaikan tangan ke kamera tanda nggak kuat (Saya tau ini hiperbolik sekali) karena punya temen se annoying ini. Tapi pada akhirnya, kami berhasil melewati ini semua, Tetap duduk bareng, cekakak cekikik nggak jelas, ngomongin si ini si itu, wisuda bareng dan tetap temenan baik sampai sekarang meskipun kita LDF (Long Distance Friendship) :3.
Kalau menurut analisis keren saya, mungkin karena sebenarnya kami ini menyayangi satu sama lain, makanya kami masih langgeng aja tuh jadi sepasang teman meskipun kami ini berbeda sifat #Ciegitu.
Udah deh, pokoknya saya seneng. Salah satunya gara-gara itu bocah. Ntaran deh saya selipin foto dia yang kece badai, kali nanti ada mas-mas engineer atau mas-mas dokter muda yang naksir sama dia, boleh kok minta bantuan saya jadi mak comblang. hehehe *evil smile*
Tampak belakang (Cantik kan)
Yang ditengah itu si Ana, yang pakai jilbab item itu Dita, yang jilbab biru, saya
Okeeee cukup sekian cerita saya hari ini. Mumpung saya lagi nggak ribet dan udah lama juga nggak ngeblog, makanya nyempetin nulis sekedarnya seperti ini. hehehehe selamat buka puasa ^^

Wednesday, May 01, 2013

Berjuang dan diperjuangkan?

Tiba-tiba pengen bahas ini, gara-gara pas di twitter pernah baca seperti ini
Jika perjuanganmu tidak dihargai, mungkin sudah saatnya kamu menghargai seseorang yang memperjuangkan kamu - -
Saya senyum aja baca kata-kata ini. Simpel tapi nggak tau rasanya ngena banget buat Saya pribadi.
Pernahkah dalam hidup Kita, kita diperjuangkan oleh orang lain? Atau malah Kita yang berjuang untuk orang lain? Jawabannya pasti pernah. Entah pada akhirnya happy ending atau sad ending, yang jelas pasti kita pernah merasakan salah satu dari kedua tersebut. Yang paling indah dan membahagiakan adalah, Kita memperjuangkan orang yang juga berjuang untuk kita. It's mean berjuang sama-sama :)
Saya pribadi pernah merasakan keduanya. Memperjuangkan dan diperjuangkan seseorang.
Saya pernah memperjuangkan seseorang dengan semampu saya, sebisa yang saya lakukan bahkan kadangkala saya sampai menghilangkan rasa ego tinggi pada diri saya(maklum saya kan aquarius) demi seseorang itu. Menampikkan rasa malu dan gengsi pun pernah, demi bisa bersama orang itu. Saya pernah mengalaminya. Meskipun pada akhirnya bukan hal membahagiakan yang saya terima, tapi saya bahagia dengan apa yang pernah saya lakukan. Berjuang untuk orang yang saya sayangi :)
Pun saya pernah merasakan yang namanya diperjuangkan. Beberapa orang pernah memperjuangkan saya, dan beberapa dari itu ada yang benar-benar membekas buat saya. Ada yang berbulan-bulan, bahkan tahunan rela menghabiskan waktunya demi memperjuangkan saya namun nggak sempat mampir di hidup saya. Terima kasih ya, telah pernah dengan sekuat tenaga mencoba memperjuangkan saya, telah rela berkorban untuk saya, dan telah membuat saya merasa spesial. Saya amat sangat bahagia karena kalian pernah dengan ikhlas meladeni tingkah dan sifat saya yang bocahnya ampun-ampunan :)
Kalau ditanya mana yang lebih saya pilih, maka saya akan memilih keduanya. Bagi saya, sangat membahagiakan kalau kita berjuang untuk orang yang juga sedang memperjuangkan kita. Sama-sama ngerasain gimana susahnya berjuang dan ngerasain betapa spesialnya kita karena diperjuangkan itu manis sekali :') Sampai detik ini pun saya masih suka berkhayal suatu saat saya akan merasakan itu. Berjuang dan diperjuangkan oleh dan untuk orang yang sama. Well tapi mungkin bukan sekarang waktunya. Tuhan masih menyimpan seseorang yang akan saya perjuangkan dan mau memperjuangkan saya itu kali ya :D


P.S : buat orang yang (mungkin) sampai sekarang masih berjuang untuk saya, terima kasih telah bersabar untuk saya.

Sunday, April 14, 2013

Embuhlah

Mau cerita ya, boleh?

Udah capek banget hari ini. Mau nangis rasanya tapi nggak bisa keluar air matanya. Mau marah tapi nggak tau marah sama siapa. Aku kesel, bete, capek, pusing, dan embuhlah sampe aku sendiri bingung.
Capek dari pagi udah ke kampus padahal ini weekend dan bisa banget buat santai dan istirahat setelah semingguan ini kuliahnya praktikum aja. Tapi ya nasib sabtu tetep harus ke kampus juga praktikum lagi, capek karena yang datang cuma 3 orang sedangkan yang lain sibuk sama urusan sendiri-sendiri. Udah gitu pas praktikum sampelnya nyelip dicari susahnya minta ampun dan akhirnya jadi kelompok terakhir yang praktikum, masih juga diceng-cengin anak-anak, di ketawain :(

Pulang ngampus masih juga siangnya sosialisasi ke masyarakat, itupun sampai mau maghrib baru kelar. Abis itu masih juga sampai kos dituntut ini itu sama temen yang nggak berangkat praktikum buat ngasih tau hasilnya. Udah gitu dia nanya-nanya mulu nggak ngerti-ngerti, nggak tau apa kalo orang ini lagi capek banget :( belum juga ngerjain laporan praktikum yang seabrek. IBUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU mau nangis :'(

Friday, March 08, 2013

Hujan

Aku suka segalanya tentang hujan.
Aku suka rintik airnya yang turun
Aku suka bau tanah yang muncul setelahnya
Aku juga suka pelangi yang kadang-kadang muncul ketika hujan telah reda

Aku sering menangis diam-diam kala hujan turun.
Hujan menyamarkan air mata ketika aku menangis.
Dia ikut menangis bersamaku, dia ikut merasakan pedih dan bahagia yang kurasakan.

Aku menyukai hujan,
Meskipun kadang hujan membuatku kesal,
Sering menjadi alasan aku membatalkan acaraku, Namun aku masih tetap menyukainya.

Hujan itu berkah dari Tuhan
Hujan yang turun pada masa kering akan membantu para petani yang kesulitan air.
Hujan itu berkah, karena memberikan kesejukan ketika hati sedang gersang.

Monday, February 18, 2013

Lana-Ranu

Kamu berjalan tertunduk lesu, tidak ada sorot mata membara yang kulihat dari kedua bola matamu. Kamu tidak seperti biasanya, bahkan cenderung murung. Tak kau perdulikan orang-orang yang sedang bersorak gembira karena tim kesayangannya memenangkan pertandingan bola itu. Kamu hanya terus berjalan, menuju taman tempat biasanya kau memandang senja. Sama seperti biasanya kamu duduk di bangku dekat air mancur kecil yang terdapat di tengah taman komplek perumahan, bangku favoritmu. Kamu hanya diam melihat langit sore, lalu tersenyum sekilas. Senyum yang selalu ku tunggu, senyum yang selalu ku rindukan.
Di bagian taman yang lain, ku lihat sebuah keluarga yang nampak amat bahagia. Sang Ayah dan anak lelakinya berlarian, saling berkejaran dengan penuh tawa. Sang Ibu menyiapkan makanan sore dari sekeranjang bekal sederhana yang dibawa, sungguh pemandangan yang sangat indah, sama seperti ketika aku memandang wajahmu.
Entah sejak kapan aku mulai suka membuntutimu setiap sore. Aku selalu bersembunyi di semak dekat portal  masuk kompleks, menunggumu lewat jalanan ini dan membuntutimu sampai ke taman. Hal ini kulakukan demi melihat wajah dan senyum yang jarang kau tunjukkan itu. Ada bagian dari dirimu-yang aku sendiri tidak tahu-yang membuatku tertarik padamu. Mungkin aku menyukaimu, atau bahkan mungkin lebih dari itu, karena aku selalu bahagia ketika aku bisa melihatmu, ya hanya melihatmu.
Kamu tiba-tiba berdiri dari bangku favoritmu itu. Ku lirik jam yang ada di pergelangan tangan kiriku, pukul 17:02. Bukankah ini belum waktunya kamu pergi? Tanyaku pada diri sendiri. Kamu berjalan menuju pohon tempatku duduk untuk mengintipmu, seketika ada rasa panik dalam diriku. Aku segera berbalik dan menundukkan kepalaku, tidak lagi berani mengintipmu dari pohon. Aku diam, namun jantungku berdegup sangat kencang, ada perasaan was-was karena takut kamu tahu kalau aku suka mengikutimu. Ada tapak-tapak kaki yang ku dengar mulai mendekat, adrenalinku semakin meningkat bahkan rasanya aku hampir kencing dicelana. Kamu sudah berdiri di depanku, dan aku tak berani memandang wajahmu. Lama sekali kamu hanya diam dan tak berniat sedikitpun untuk pergi dari tempat berdirimu itu. Aku mulai memberanikan diri menatapmu dan berdiri untuk mensejajarkan pandangan. Raut mukamu datar, aku tidak bisa membaca dan memperkirakan apa reaksimu selanjutnya.
"Ma..maa..ma..maafkan aku" Hanya kata itu yang terlontar dari bibirku. Kamu tidak bergeming, masih saja diam dan tidak berekasi atas permintaan maafku. Kamu mengulurkan tangan, tersenyum dengan sangat manis. " Namaku Lana". Suaramu terdengar sangat merdu ketika mengucapkan namamu, ya seperti bidadari yang baru saja turun dari langit. "Namaku Ranu" Ku jabat uluran tanganmu itu, dan kita saling tersenyum satu sama lain.

Sunday, February 17, 2013

Sebut saja Move On

Kepada kamu yang pernah duduk di depanku

Akhirnya menyerah juga, setelah cukup lama mencoba bertahan untuk mengikuti keinginan hati. Mengetahuimu baik dan bahagia cukup membuatku bahagia. Terkesan naif dan bulshit ya? Tapi ya terserah saja toh aku yang merasakannya.

Pada akhirnya aku tahu, ya setidaknya kamu tidak membohongiku waktu dulu. Jadi kamu memang laki-laki yang baik, persis seperti bayanganku :)
Aku mungkin merasa sedih dan lara, tapi jauh dari rasa itu semua aku merasa lega. Lega karena pada akhirnya aku bisa melepasmu dengan perasaan yang ringan. Membiarkanmu menjadi sebatas kenangan, mulai meninggalkan bayanganmu, dan mulai menapaki hidupku yang akan datang.

Terima kasih ya, terima kasih karena telah mampir di hidupku.
Terima kasih karena sudah mengizinkanku mengenalmu, meski sebenarnya aku tidak benar-benar mengenalmu.
Semoga hidupmu bahagia selalu :)

Sunday, February 03, 2013

#HariKe18~Kembali

Pernahkah terpikir olehmu bahwa kita akan kembali?
Pernah sekali dua terpikir olehku esok lusa kita akan kembali bersama, menjadi kita seperti dulu. Kembali menjalin rajutan-rajutan yang disebut cinta, kembali merasakan apa yang disebut rindu jika tidak bertemu, kembali merasakan cemburu, kembali merasakan perhatian-perhatian kecilmu. Aku pernah membayangkan itu semua, dan menjadikan bayangan itu sebagai mimpi yang akan kuraih.
Salahkah jika aku bermimpi tentang kita? salahkah jika aku masih menyimpan rasa itu padamu? Salahkah jika aku menginginkan kita bersama di kemudian hari?
Bagiku tak ada yang salah atas semua yang kuharap dan pikirkan ini. Bagiku semua yang ku impikan ini benar adanya.

#HariKe17~Kadangkala

Kadangkala ada senyum yang tercipta ketika melihat seseorang tertawa bahagia.
Kadangkala ada wajah merona ketika seseorang itu sekedar menyapa
Kadangkala hanya cukup mengamati, menikmati segala kehebatan dan keindahannya.
Kadangkala ada tangisan yang terselip saat diam-diam mengetahui seseorang bersama dengan yang dikasihinya.
Seseorang itu terlalu anggun untuk sekedar disentuh
Seseorang itu terlalu silau untuk dipandang
Seseorang itu terlalu jauh untuk digapai
Kadangkala yang sempurna itu memang tidak untuk dimiliki dan bukan menjadi milik kita, dia hanya bisa dipandang, dirasakan, dan disimpan sebagai kenangan.

Monday, January 21, 2013

#16~Tahu dan Tidak Tahu

Mereka tahu Aku menyukai senja
Mereka tahu Aku menyukai hujan
Mereka tahu Aku menyukai pagi.
Mereka tahu Aku pengagum rindu
Mereka tahu Aku pecandu kata
Mereka tahu itu semua.

Apa yang tidak Mereka tahu?

Mereka tidak tahu apa yang ada didalam hatiku

#15~Ciuman pertemuan


"Lanang"
Lanang menoleh mencari sumber suara itu. Dia menemukan sosok wanita semampai tengah memandanginya.
"Aurel"
Lanang tercekat saat mengucap nama itu, Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wanita itu menghambur memeluk tubuh Lanang dan menangis. Tidak ada respon yang ditunjukkan Lanang, dia tidak bergeming sedikitpun.

" Aku kangen kamu"

"Kapan Kamu kembali ke Jakarta?"
Hanya itu yang diucapkan Lanang atas pertemuan ini. Wanita itu menjawab pertanyaan Lanang dengan pelukan yang semakin erat.

"Lepaskan Aurel, Aku tidak bisa bernafas"

"Aku kangen kamu. Nggak ada sehari pun aku nggak mikirin kamu di sana"

"Untuk apa kamu kembali kesini?"

"Aku kangen kamu. Aku masih sayang kamu". Aurel tiba-tiba memajukan badannya, mencoba meraih bibir Lanang dan menciumnya. Lanang tak bisa mengelak dan mereka sempurna berciuman.

Di sudut kanan pintu keluar kafe, seorang wanita tengah mengamati lekat kejadian itu. Dia tetap diam, namun tetesan air mulai muncul dari pelupuk matanya. 
PRANG
Suara piring terjatuh menghentikan ciuman Aurel yang bertubi-tubi itu. Lanang segera menjauhkan badannya dari Aurel untuk melindungi dirinya dari kelakuan Aurel yang tidak pernah berubah.

"Ma-ma-maaf mbak, saya nggak sengaja. Saya akan ganti rugi untuk piring-piring ini" Wanita yang tak sengaja menabrak pramusaji kafe itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya. Matanya masih basah dan lembab karena tangisannya yang tanpa suara. Dia lalu buru-buru pergi meninggalkan kafe itu dengan hati terluka.

"Laksmi" Lanang terlambat menyadari siapa wanita yang membuat kegaduhan itu.

"Jangan Jangan" bibirnya tercekat. Dia pergi mengejar Laksmi yang bahkan bayangannya pun sudah tidak terlihat dari matanya.

Thursday, January 17, 2013

14~Perjalanan dan hujan


Hujan masih setia mengguyur jalanan yang kami lalui. Kami tidak banyak berbicara, hanya menikmati perjalanan ini dalam diam dan hujan. Sesekali aku mencuri pandang megamati lekat-lekat wajahnya yang basah tersiram air hujan. Dia memang tampan, dan aku merasa tersihir oleh paduan wajahnya.

"Kamu memang benar-benar tampan". Dia menoleh ke arahku yang secara tidak sadar telah mengatakan bahwa ia tampan. Dia tersenyum,sangat menawan. Senyum yang bisa meluluhlantahkan pertahananku. Senyum yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Kamu juga cantik, selalu cantik. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, masih sama".

"Dulu?". Dia lagi-lagi tertawa mendengar pertanyaanku. Kupikir tidak ada yang lucu dengan pertanyaanku, justru aku merasa heran dengannya yang menganggap bahwa kami sudah sejak lama saling mengenal.

"Aku lupa kamu tidak pernah mengenalku. Aku mengenalmu sejak 2 tahun belakangan ini. Lewat jendela tempatku bekerja, aku bisa melihatmu dari kejauhan". Kami saling berhadapan, saling mengawasi lekat-lekat.

Ada perasaan yang tidak bisa kuterjemahkan ketika memandanginya. Dia menggenggam tanganku, kehangatan genggamannya mengaliri tubuhku yang kedinginan karena hujan. Ada rasa aman dan nyaman ketika genggaman itu semakin erat.
Kami akhirnya sampai di depan rumahku. Jemarinya masih menggenggam jemariku, bahkan genggaman itu terasa lebih erat lagi, seakan enggan berpisah.

"Ayahku pasti marah melihat putri semata wayangnya ini basah kuyup. Aku harus segera masuk" Kataku padanya.
Dia sepertinya mengerti apa maksudku dan mulai melepaskan genggaman itu. Sebuah kecupan kecil hinggap di dahiku, tidak lama namun aku merasa amat bahagia.

"Sampai jumpa, aku pamit dulu. Sampaikan maafku untuk ayahmu karena telah mengajak putri semata wayangnya kehujanan". Dia lalu pergi, meninggalkanku yang sedang tersenyum lebar.

13~Untuk Ayu

Dear Ayu

Hai, sekarang kupenuhi janjiku yang akan mengirimimu surat. Tapi maaf hanya sepucuk surat, dan mungkin ini bukan surat cinta.

Ayu, temanku yang cantik. Aku sendiri bingung ingin menulis apa untukmu. Aku bukan seseorang yang bisa meramu dan memainkan kata dengan baik, jadi nanti kalau surat ini terkesan aneh dan kacau, maafkan aku ya :)
Aku mengenalmu sejak 2 tahun yang lalu. Kebetulan kita berasal dari kota yang sama (meski berbeda sekolah) dan kuliah di tempat yang sama pula. Awalnya kita mungkin sama-sama canggung satu sama lain ketika awal berteman, namun karena saat itu kita sama-sama mengurusi acara keakraban di komunitas daerah kita, lambat laun kita mulai dekat dan bisa dibilang mulai bersahabat. Bersama Nisa, kita bertiga sering melakukan kegiatan bersama-sama. Saling bertukar cerita, bergosip bersama, makan bersama, ya kita bertiga tidak terpisahkan.
Kita yang sekarang sayangnya tidak seperti dulu. Aku merasa kita berjauhan, sesekali aku dan kamu hanya bertemu dan saling menyapa di kampus. Hanya sebatas itu saja. Tidak ada cerita panjang, tidak ada tawa riang seperti dulu, Sejujurnya aku merindukan masa-masa itu. Aku rindu kalian berdua, aku rindu dengan kebersamaan kita, sungguh rindu. Pernah ku katakan ini juga kan pada kalian? :')
Nampaknya surat ku ini terlalu melankolis, jadi ku cukupkan saja surat ini. Semoga kamu senang mendapat surat ini, semoga kamu bisa tersenyum membaca ini, dan semoga aku, kamu dan Nisa juga bisa berteman sampai kapan pun :))

Salam sayang dari temanmu, Ajeng

Tuesday, January 15, 2013

#HariKe12~ Persimpangan

Sedih?
Ya, bahkan sekarang aku sedang menangis. Aku merasa sendiri, benar-benar sendirian. Tak tahu kenapa yang jelas sekarang jauh berbeda dengan kemarin, apalagi dulu. Mereka acuh padaku, tidak menghiraukanku, seperti tidak peduli lagi padaku. Hidupku benar-benar hancur ah sudahlah jangan tanya mengapa dan bagaimana ini bisa terjadi padaku, aku tidak tahu!
Sejujurnya, ku maklumi itu semua, namanya juga hidup. Hidup tidak selalu membahagiakan bukan? Mungkin rodaku sedang berputar kearah bawah, mungkin hidup memang sedang tidak memihak padaku.
Bolehkah aku bercerita? Di persimpangan jalan yang kulalui, aku melihat seseorang yang hidupnya amat berkebalikan dariku. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan tak terperi, raut wajahnya penuh dengan buncahan bahagia. Nampaknya hidupnya sungguh amat menyenangkan dan tidak ada cela. Ah aku iri sekali padanya, dia berbahagia namun mengapa aku tidak?
***
Senang?
Aku sedang tertawa-tawa sekarang. Bagaimana aku tidak bahagia bila banyak orang yang mencintaiku. Mereka semua berada di sisiku, bersamaku, dan sedang menikmati semua kebahagiaan ini. Keluargaku saling mengasihi satu dan lainnya, kekasihku amat mencintaiku, Sahabatku tak pernah meninggalkanku, Musuh? Ah kupikir aku tidak punya musuh. Mereka semua nyaman berada disampingku. Hidupku benar-benar sedang dipuncak bahagia.
Kuceritakan pada kekasihku tentang pertemuanku dengan seseorang di persimpangan jalan yang baru saja kulalui. Ku ceritakan padanya tentang betapa layu wajahnya, betapa sendu matanya, betapa untuk menyunggingkan setitik senyum saja dia tak mampu. Dia hanya menunduk ketika menatapku, menatap wajahku lalu seketika berpaling dan meninggalkan aku dengan terburu. Nampaknya dia sedang tidak berbahagia, itu kata kekasihku. 
***
Di persimpangan jalan yang sama, mereka bertemu kembali. Keadaan jauh berbeda sejak pertama mereka bertemu. Sorot mata sendu sekarang berubah menjadi mata yang berbinar, sedang sorot mata bahagia justru berganti mendung. Mereka bertatapan, untuk kedua kalinya sejak pertemuan pertama itu dan menyadari betapa roda hidup memang berputar. Mereka saling tersenyum, menikmati kebahagiaan dan mencoba tegar atas kepedihan yang dialami masing-masing

#HariKe11 Namanya Lanang

Namanya Lanang. Aku bertemu dengan Lanang ketika menunggu bus di halte dekat tempat kerjaku. Sore itu hujan, deras sekali. Kebetulan aku lupa membawa payung kecil yang biasa aku bawa kemana-mana, maka jadilah aku basah kuyup saat berlari-lari kecil menuju halte tempat biasa aku menunggu. Seseorang tiba-tiba mengulurkan handuk kecil ke arahku ketika aku sedang mengibas-ibaskan bajuku yang basah. Dia tersenyum, manis sekali ketika aku menoleh ke arahnya.
"Pakailah handukku. Masih bersih karena belum sempat kupakai" Dia masih mengulurkan handuk biru bermotif itu ke arahku. Ragu-ragu ku ambil handuk biru itu dan kucoba tersenyum semanis mungkin padanya. Dia tertawa, renyah sekali.
"Tidak usah memaksakan senyum padaku. Senyummu jelek sekali". Lagi-lagi dia tertawa, lebih keras dan terlihat sangat menikmati ketika mengejekku. Aku entah terkena angin apa, justru tidak marah ketika dia mengatakan senyumku jelek, padahal kami tidak saling mengenal satu sama lain.
"Terima kasih handuknya, dan terima kasih juga telah mengejekku" Ku balas tawanya yang renyah itu dengan senyuman yang lebih tulus.
"Namaku Lanang Bagas Adikara"
"Namaku Laksmi. Hanya Laksmi". Kami saling mengulurkan tangan untuk menjabat satu sama lain kemudian tertawa bersama, entah menertawakan apa.
Kami diam satu sama lain, tidak melanjutkan perkenalan itu dengan obrolan ringan. Bagiku sendiri, perkenalan singkat itu cukup membuatku merasa mengenalnya. Bus yang ku tunggu akhirnya datang, Aku segera naik kedalam bus. Kulihat dia tidak mengikutiku dari belakang, jadi kupikir kami memang berbeda tujuan. Aku yang sudah duduk manis ditepi jendela,mendadak mendekati pintu masuk bus dan melenggang keluar dengan santainya. Kuputuskan tidak naik bus itu. Tidak kuhiraukan teriakan dan umpatan dan kenek bus yang memanggil-manggilku untuk naik kembali.
Aku menghampiri Lanang yang masih berdiri di halte itu. Dia memandangiku dengan tatapan penuh pertanyaan. Aku sendiri pun juga tidak tahu mengapa aku melakukan ini semua. Aku hanya tahu bahwa di dalam diriku, ada suara yang menyuruhku untuk tetap bersama Lanang saat itu.
" Maukah kau mengantarku pulang?". Lanang tetap diam mendengar ucapanku. Dia tidak berkata apa-apa hampir selama 10 detik. Dia lalu mengangguk, menyetujui usulku.
Kami lalu berjalan kaki bersama, menuju rumahku. Rumah yang jaraknya hampir 4 km dari halte itu.

#HariKe10 Tok Tok

Tok Tok Tok.
Tolong bukakan pintu.
Sudah seringkali ku ketuk namun tak kunjung kau buka untukku.
Ah, apakah seburuk inikah Aku hingga kamu tak mau membukanya?

Tok Tok Tok.
Ku coba lagi mengetuk pintu, namun kamu lagi-lagi tak kunjung menghampiri.
Mengintip dari jendela pun tidak sama sekali.

Tok Tok Tok,
Ini kali terakhir Aku mengetuk pintumu.
Kalau kamu tak mau membuka juga, mau apa lagi aku?
 ***
Kamu akhirnya membuka pintu, namun bukan untukku.
Ah, itu memang kali terakhir aku mencoba mengetuk pintu hatimu.

Saturday, January 12, 2013

#9~Tarik Ulur

Apa ini melelahkan?
Tentu saja iya. Bahkan sangat melelahkan.
Bagaimana tidak lelah jika sampai detik ini masih ditarik ulur sesukanya.
Siapa yang tidak lelah jika dengan seenaknya kamu datang lalu pergi.

Kamu memberi harapan lalu kamu memangkas harapan itu.
Hey, tolonglah sadar sebentar saja,


Aku ini juga butuh kamu hargai. Aku juga butuh kepastian. Bukan sekedar ilusi semu yang kamu ciptakan.
Jadikanlah aku nyata di hidupmu, atau tinggalkan aku. Jangan jadi pecundang dengan menarik ulur perasaan seseorang.
Kalau kamu pikir dengan seperti itu kamu merasa hebat, kamu salah. Justru kamu terlihat amat menyedihkan karena melakukan hal itu pada seseorang yang menyayangimu.
Jadi tolong, Perjuangkan atau lepaskan aku. Jangan tarik ulur hatiku

Friday, January 11, 2013

#8~Becca

"Becca jangan pergi"
Becca menatap wajah Miko dengan takzim. Diamatinya lekat-lekat mata bening dan wajah polos itu. Dia tersenyum dan memeluk Miko, lalu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata.
***
Miko meringkuk di pojok kamarnya, diam dan hanya memandangi lantai kamar. Sesekali buliran airmata jatuh membasahi lantai kamar bernuansa biru itu. Dia tidak tahu mengapa Becca tega meninggalkannya, meninggalkan Tororo, meninggalkan rumah dan meninggalkan semua kenangan yang sangat membekas dalam ingatan Miko.
"Miko, sedang apa?" Rendra yang baru pulang kantor menghampiri Miko dan duduk disampingnya. Dia melihat Miko tengah menunduk, menangis dalam diam. Laki-laki paruh baya itupun lalu memeluk Miko dalam dan mencium ubun-ubun jagoan kecilnya.
"Papa, Becca pergi ninggalin Miko" Bola mata bocah kecil itu sempurna penuh dengan air yang enggan berhenti. Ditatapnya Rendra dengan penuh pertanyaan "MENGAPA". Rendra hanya diam, menghela nafas dengan dalam dan berat lalu pergi meninggalkan Miko seorang diri tanpa jawaban. Tak lama berselang Rendra kembali ke kamar Miko dan menyerahkan sebuah kado kepada Miko. Sebuah mobil-mobilan keluaran terbaru berwarna biru, warna kesukaan Miko, dan sepucuk surat pendek.

Selamat ulangtahun Miko..
Wah Miko sudah besar ya, jangan bandel. Nurut sama Papa ya sayang.
Maafin Becca ya sayang, Becca pergi ninggalin Miko dan Tororo. Becca nggak bisa jelasin alasnnya, kelak kalau Miko sudah besar Miko akan ngerti kenapa Becca ninggalin Miko. Ini ada kado dari Becca, namanya Tarara. Nanti buat temen main Miko sama Tororo.
Salam sayang, Becca


"Papa pergi dulu ya, Nak. Kamu jangan nangis lagi. Itu sudah dikasih mainan baru buat temen Tororo". Rendra mencium ubun-ubun anak semata wayangnya itu lalu pergi dari kamar. 
Dari lantai bawah terdengar suara wanita yang Miko tidak kenal, ia lalu beranjak ke tangga yang berada tepat di depan kamarnya. Di ruang tamu yang megah itu, Miko melihat Papanya sedang memeluk dan mencium bibir wanita itu dengan mesra. Dia lalu kembali masuk ke kamar dan kembali ke posisi awalnya. Meringkuk dan diam.
Dia mengerti alasan Becca pergi.



#7~ Perempuan itu..

Ini tentang perempuan yang sangat amat ku kenal.
Perempuan yang mengabdikan hidupnya menjadi pengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak yang bahkan gedung sekolahnya pun masih menumpang.
Perempuan yang menghapus air mata ku ketika aku menangis karena jatuh dari sepeda
Perempuan yang mengomeliku setiap aku malas bangun tidur.
Perempuan yang sudah hampir 20 tahun mengasuhku
Perempuan yang setiap kali Aku membuka mata sudah menyiapkan sarapan lezat untukku
Perempuan yang selalu menyambutku ketika aku pulang ke rumah
Perempuan yang menyediakan pelukan ketika aku ingin menangis
Perempuan yang paling ingin aku bahagiakan dalam hidupku
Ibu, ya tentu saja Ibuku.
Perempuan nomor 1 dihidupku..


Terimakasih untuk cinta, kasih, bahagia, pelukan, ciuman, omelan dan apapun yang telah Ibu berikan untukku.

Peluk cium Anakmu yang sedang merindu :*

Wednesday, January 09, 2013

#6~Ada waktu dan bagiannya masing-masing

Desember bulan lalu mungkin adalah bulan paling melelahkan selama tahun 2012. Dan bulan itu sempurna menutup tahun dengan derai air mata sedih, bahagia dan segala macam, ya seperti nano-nano(bukan iklan permen).
Di bulan tersebut banyak sekali kejutan-kejutan yang sangat menguras emosi yang disediakan kampus tempat saya menimba ilmu. Dua kali dapat ZONK kejutan yang menyangkut masa depan kami. Dan tidak main-main, Kampus saya nampaknya memang mengabadikan momen penuh emosi itu di tanggal cantik. 12-12-'12 dan 20-12-'12.

Pada dua tanggal tersebut, dua kali pula teman kos saya yang kebetulan juga teman kampus saya menggedor-gedor pintu kamar saya setiap jam 00:00. Alasannya cuma satu : Entry peminatan
Di kampus saya sendiri, pada akhir semester 5 akan diadakan pemilihan konsentrasi atau penjurusan (biasa disebut peminatan) dan tata caranya adalah para mahasiswa mengentry melalui internet ke website kampus.
Daaan yang membuat deg-degan adalah setiap konsentrasi ada kuotanya masing-masing (udah macam paket internet aja) jadi kami mau nggak mau harus bersaing satu sama lain demi masuk konsentrasi yang kami inginkan :(

Tepatnya pukul 19:00 pada tanggal 20 Desember 2012 (Menurut jadwal akademik) kami seharusnya mengentry peminatan yang kami inginkan. Kami semua memilih tempat yang menurut masing-masing dari kami mempunyai kecepatan internet yang maha dahsyat dengan harapan saat waktu entry kami tidak terlambat dan masuk ke peminatan yang kami inginkan.
Saya sendiri bersama beberapa teman saya memilih untuk mengentry di gedung kampus tetangga, yang konon kecepatan internetnya dahsyat.

Pukul 19:00 ternyata sistem masih belum bisa dipakai, dan kami belum bisa entry. Lantas kami semua pun bercanda-canda tertawa gembira haha hihi macam nggak punya beban padahal semua sedang degdegan luar biasa.

Tiba-tiba ketika pukul 19:05 seorang teman saya berteriak "ENTRY UDAH DIBUKAAAAA".
Sontak kami pun masuk ke web dan mencoba mengentry. Saya, alhamdulillah sekali bisa masuk ke peminatan yang saya inginkan, namun teman saya tidak bisa karena ternyata peminatan yang dia inginkan sudah penuh. Dia lalu menangis sambil terus mencoba entry peminatan tersebut, tapi hasilnya nihil :(

Di tempat yang sama, ada pula teman saya yang seperti dipermainkan oleh sistem. Awalnya dia memilih peminatan yang sama dengan saya, namun saat di refresh, sistem menginformasikan bahwa dia masuk peminatan lain. Dia lalu mencoba masuk ke peminatan yang awal lagi karena kuotanya belum penuh. Namun anehnya, dia tidak bisa masuk peminatan tersebut.
Dua teman dekat saya itu menangis sejadi-jadinya, dan saya cuma bisa memeluk dan hampir ikut menangis karena hal itu.

Bagi saya, hari itu adalah hari yang sangat menguras energi juga perasaan. Ada yang menumpahkan air mata karena kesedihan, ada yang tertawa lepas karena bahagia, dan ada pula yang bingung bagaimana seharusnya bersikap. Ya, contohnya saya nih.

Saya bahagia karena saya bisa mencapai keinginan saya, namun saya juga sedih melihat teman-teman dekat saya menangis yang tak henti-hentinya karena hal itu.
Ya, bagi saya itu adalah sebuah pembelajaran yang sangat berharga buat kami semua. Saya belajar satu hal, bahwa hidup memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan, hidup bisa saja begitu kejam merampas mimpi-mimpi kita. Namun bagaimanapun juga bukankah hidup memang harus terus berjalan?. Berjalan dengan langkah gontai masih jauh lebih baik daripada mengutuki hidup terus-menerus dan tidak melakukan apa-apa.

Mungkin menerima kenyataan akan terasa sangat sulit untuk dilakukan, namun pada saatnya waktu pun akan ikut membantu menyembuhkan semua luka yang pernah dialami. Dan ingatlah selalu ada Tuhan yang selalu bersama umat-Nya. Ada Tuhan yang melihat dan mendengar tangisan kita. Ini mungkin salah satu cara Tuhan untuk menjadikan kita manusia yang lebih memahami hidup, menerima, ikhlas dan sabar.
Dan kalau kita lulus menjalani itu semua, bukan tidak mungkin Tuhan akan menghadiahkan yang jauh berkali lipat indahnya dari kesusahan yang kita alami. Saya percaya itu :)

#HariKe5 Untuk Pagi

Hai pagi, selamat pagi
Kita bertemu lagi :)
Tuhan sungguh Maha baik ya mau mempertemukan lagi kita berdua di pagi ini.
Apa kabarmu pagi?
Masih saja dingin setelah hujan semalam?
Aku masih bisa mencium bau tanah dan bebatuan basah dari jendelaku pagi ini, menyenangkan bukan? Bagaimana denganmu?
Terimaksih ya untuk sambutan hangat pagi ini, aku sungguh menikmatinya

Kamu tahu pagi?
Sepagi ini aku khawatir. Akan diriku sendiri dan akan angan-angan yang sudah terlanjur tertanam indah di otak dan perasaanku. Aku khawatir itu semua hanya ilusi, fatamorgana yang sebenarnya tidak terjadi dan tak pernah ada. Dan pada akhirnya Aku akan hancur karena hal itu.
Tidakkah khawatirku ini berlebihan?

Maafkan Aku pagi, yang sudah mengawali hari ini dengan sangat gundah
Maafkan Aku yang menangis karena hal yang belum tentu akan terjadi kelak
Seharusnya Aku mengisi pagiku dengan bersyukur, tertawa bahagia dan semangat yang tinggi untuk menjalani hari ini.


salam
Perempuan yang mengaku mencintaimu

Monday, January 07, 2013

#4~Teman Hidup

"Bila di depan nanti, banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah, kau punya ku, ku punyamu selamanya akan tetap begitu"
Teman Hidup-Tulus

Setiap mendengar lagu itu, saya selalu tersenyum dengan mata berkaca-kaca hampir mau menangis.
Buat Saya sendiri, lirik lagu itu dalam sekali maknanya. Terutama bagian lirik yang saya catut di atas. Setiap mendengar lagu ini, saya suka membayangkan bagaimana hidup saya dan teman hidup (yang saya tidak belum tahu siapa dia) kelak.
Apakah hidup kami akan diliputi kebahagian selalu atau kadang kala ada kerikil dan duri tajam yang terjadi, itu semua masih menjadi rahasia Tuhan. Namun, saya berharap kelak suatu saat ketika kami sudah menjadi sepasang, kami akan melalui semua lika-liku hidup dan perjalanan kami itu berdua, saling menguatkan satu sama lain, saling mengulurkan tangan ketika salah satu dari kami terjatuh, saling tersenyum dengan mata berbinar dan pancaran cinta, saling mencintai satu sama lain selama kami hidup. Sama seperti catutan lirik lagu di atas. Semoga :')

Sunday, January 06, 2013

#1~ K-a-m-u


Apa kabar kamu di kotamu?

Apa disana hujan sama seperti disini? saat aku menulis ini, hujan sedang menemaniku dengan suara tetesan-tetesannya. romantis sekali bukan?
Aku sedang memikirkanmu saat ini, detik ini ketika aku menulis ini. lalu otakku mencoba mengingat beberapa waktu yang lalu ketika kita bertemu.
Pertemuan pertama dan (mungkin) terakhir kita. di tempat itu, gedung yang biasa dipakai untuk seminar di kampus ku. ah bahkan sampai sekarang aku masih mengingat tanggalnya :)
Kamu yang duduk di barisan depanku, kamu yang ternyata jauh-jauh dari Surabaya bersama seorang temanmu demi mendapatkan ilmu di kampus ku. kamu yang mempunyai mata dan senyum manis, yang entah mengapa mulai menarik hatiku.

Aku rindu, rindu dengan senyum dan matamu itu, juga rindu kamu :"

Bolehkan aku rindu terhadap senyummu itu? meski aku tahu kamu tidak akan membagi senyum itu kepadaku, tapi ya biar saja aku tak peduli.
Beberapa hari lalu, aku iseng mencari akunmu di twitter dan ternyata kamu sudah mulai aktif disana ya, haha aku bahagia sebagai seorang yang kata teman-temanku ahli dalam bidang perkepoan, aku akan mudah stalking twittermu :))
Hei Kamu yang Jauh di sana,
Kuberi tahu satu hal..Aku pernah  dengan segala daya upaya mencari tahu detail tentangmu, Aku mencari tahu namamu, akun-akun yang biasa kau pakai di jejaring sosial, hingga yang paling ekstrim mencari tahu nomor hapemu lewat Mantan kekasihku. Ya, mantan kekasihku baik sekali ya, mau membantu ku mencari tahu seluk beluk tentang kamu :)
Saat ingat itu, Aku jadi tertawa sendiri. Menertawakan kelakuan dan kebodohanku itu. lucu sekali mengingat aku pernah melakukan itu semua, demi kamu ! orang yang baru sekali ku temui :))

terima kasih ya, telah muncul di hidupku. meski baru sekali, dan mungkin akan hanya menjadi sekali :)

#2~Mari Menulis


HARI KEDUA :D

Well saya sedang belajar untuk menulis dengan baik. Bukankah katanya kalau sering menulis maka skill kita untuk menulis juga akan tambah bagus? Dan saya percaya itu :D
Dari dulu, dulu sekali sejak smp saya suka membuat cerita pendek yang isinya tentang cinta-cintaan. Tokohnya pun macam-macam dari yang pelajar sampai orang yang bekerja. Untuk penokohan nama saja, saya masih ingat beberapa nama seperti Cassandra, Charisma dan adiknya yang berinisial C namun saya sudah lupa namanya.
Dari banyak cerita saya itu,  sayangnya tidak ada satu pun yang ada ending ceritanya karena berhenti ditengah jalan :(
Sebenarnya saya sedih karena selalu tidak pernah berhasil menyelesaikan cerita-cerita itu, tapi mau bagaimana lagi saya selalu kehabisan ide saat ceritanya sudah berada di bagian tengah. Itulah kelemahan saya, yang mebuat tulisan-tulisan saya ini tidak berkembang.
Saya sendiri tidak tahu sebabnya kenapa banyak tulisan saya yang tidak berujung, tapi dari yang saya rasakan itu semua karena dua hal. 1 mood saya yang naik turun dan tidak stabil. 2 karena tiba-tiba saya merasa jenuh akan cerita yang saya buat dan pada akhirnya cerita-cerita itu tidak berujung.
Sampai saat ini pun, saya juga masih belum memahami bagaimana agar tetap menulis walau apapun yang terjadi. ya, saya akui bahwa saya ini tidak belum bersikap profesional, jadi ya pada akhirnya seperti ini.
Well, setidaknya dengan ikut @30haribercerita ini saya jadi lebih semangat untuk menulis, yah meskipun banyak yang isinya curhatan pribadi :D tapi saya yakin itu akan sangat membantu saya. Hehe
MARI MENULIS :))

Saturday, January 05, 2013

#3~ Sudah Berapa?

"Kopi, asap, berita seleb. (ˆڡˆ)"
"rokoknya jgan banyak2. Sebiji aja sehari"
"siaaap :D"
"Sudah berapa puntung rokok yang kamu habiskan hari ini?"
"berapa ya? Lupa :D"
"hmm..selalu begitu"

Sebuah percakapan sederhana di twitter, entah kemarin atau kemarinnya lagi. 
Aku tahu, bagimu merokok itu adalah satu hal yang dapat memberikan ketenangan (itu pendapatmu, bukan?) untuk menjalani hidup yang berat ini. Bagimu, dia ibarat teman yang selalu ada untukmu dikala kamu bahagia dan sedih.

Aku tahu hidupmu tak mudah, setidaknya bila kubandingkan dengan hidupku, hidupmu membutuhkan perjuangan yang lebih dariku. Aku tahu, mungkin sebenarnya kamu lelah, jenuh dengan beban hidup yang kamu pikul itu.
Aku tahu, tapi tak bisa berbuat banyak. Hanya melihat dan diam.

Kamu bukan orang yang suka membagi beban hidupmu dengan orang lain, lagi-lagi aku mungkin tahu itu. Kamu lebih suka menyimpan, dan menikmati itu semua sendirian. Rasa lelahmu, masalah-masalah yang kamu hadapi, sedihmu. Semua kamu tutup rapat dari orang lain (atau mungkin hanya kamu tutupi dariku?)

Aku tahu, kamu laki-laki yang tegar dan tangguh, tidak mau dianggap sebagai lelaki lemah dan lelaki yang menyerah pada hidup. Tapi, apakah setegar-tegarnya dirimu, kamu tidak butuh teman untuk berbagi?

Mungkin jika suatu ketika nanti kamu merasakan hal yang sangat berat dalam hidup, hingga kamu pun merasa tidak kuat dan ingin menyerah (aku sungguh tidak mendoakan hal itu) ketahuilah bahwa ada aku.

Ada aku yang akan siap menjadi orang yang memberikan lengan dan bahu untukmu bersandar. Ada aku yang siap mendengarkan keluh kesahmu, ada aku yang siap menemanimu saat kamu menangis dan mengusap air matamu. Ketahuilah itu, kamu tidak sendiri. Tidak Pernah


Meski bukan kekasihmu, meski bukan orang yang penting dihidupmu, meski bukan orang yang kamu inginkan ada saat kamu merasa sangat kosong dan sendiri, tapi cobalah ingat aku. Seorang adik kecil yang akan menggenggam tangan kakaknya ketika dia merasa lelah dan sendiri.





PS : Kita masih Kakak-Adik kan?