Monday, January 21, 2013

#16~Tahu dan Tidak Tahu

Mereka tahu Aku menyukai senja
Mereka tahu Aku menyukai hujan
Mereka tahu Aku menyukai pagi.
Mereka tahu Aku pengagum rindu
Mereka tahu Aku pecandu kata
Mereka tahu itu semua.

Apa yang tidak Mereka tahu?

Mereka tidak tahu apa yang ada didalam hatiku

#15~Ciuman pertemuan


"Lanang"
Lanang menoleh mencari sumber suara itu. Dia menemukan sosok wanita semampai tengah memandanginya.
"Aurel"
Lanang tercekat saat mengucap nama itu, Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wanita itu menghambur memeluk tubuh Lanang dan menangis. Tidak ada respon yang ditunjukkan Lanang, dia tidak bergeming sedikitpun.

" Aku kangen kamu"

"Kapan Kamu kembali ke Jakarta?"
Hanya itu yang diucapkan Lanang atas pertemuan ini. Wanita itu menjawab pertanyaan Lanang dengan pelukan yang semakin erat.

"Lepaskan Aurel, Aku tidak bisa bernafas"

"Aku kangen kamu. Nggak ada sehari pun aku nggak mikirin kamu di sana"

"Untuk apa kamu kembali kesini?"

"Aku kangen kamu. Aku masih sayang kamu". Aurel tiba-tiba memajukan badannya, mencoba meraih bibir Lanang dan menciumnya. Lanang tak bisa mengelak dan mereka sempurna berciuman.

Di sudut kanan pintu keluar kafe, seorang wanita tengah mengamati lekat kejadian itu. Dia tetap diam, namun tetesan air mulai muncul dari pelupuk matanya. 
PRANG
Suara piring terjatuh menghentikan ciuman Aurel yang bertubi-tubi itu. Lanang segera menjauhkan badannya dari Aurel untuk melindungi dirinya dari kelakuan Aurel yang tidak pernah berubah.

"Ma-ma-maaf mbak, saya nggak sengaja. Saya akan ganti rugi untuk piring-piring ini" Wanita yang tak sengaja menabrak pramusaji kafe itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya. Matanya masih basah dan lembab karena tangisannya yang tanpa suara. Dia lalu buru-buru pergi meninggalkan kafe itu dengan hati terluka.

"Laksmi" Lanang terlambat menyadari siapa wanita yang membuat kegaduhan itu.

"Jangan Jangan" bibirnya tercekat. Dia pergi mengejar Laksmi yang bahkan bayangannya pun sudah tidak terlihat dari matanya.

Thursday, January 17, 2013

14~Perjalanan dan hujan


Hujan masih setia mengguyur jalanan yang kami lalui. Kami tidak banyak berbicara, hanya menikmati perjalanan ini dalam diam dan hujan. Sesekali aku mencuri pandang megamati lekat-lekat wajahnya yang basah tersiram air hujan. Dia memang tampan, dan aku merasa tersihir oleh paduan wajahnya.

"Kamu memang benar-benar tampan". Dia menoleh ke arahku yang secara tidak sadar telah mengatakan bahwa ia tampan. Dia tersenyum,sangat menawan. Senyum yang bisa meluluhlantahkan pertahananku. Senyum yang membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Kamu juga cantik, selalu cantik. Dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, masih sama".

"Dulu?". Dia lagi-lagi tertawa mendengar pertanyaanku. Kupikir tidak ada yang lucu dengan pertanyaanku, justru aku merasa heran dengannya yang menganggap bahwa kami sudah sejak lama saling mengenal.

"Aku lupa kamu tidak pernah mengenalku. Aku mengenalmu sejak 2 tahun belakangan ini. Lewat jendela tempatku bekerja, aku bisa melihatmu dari kejauhan". Kami saling berhadapan, saling mengawasi lekat-lekat.

Ada perasaan yang tidak bisa kuterjemahkan ketika memandanginya. Dia menggenggam tanganku, kehangatan genggamannya mengaliri tubuhku yang kedinginan karena hujan. Ada rasa aman dan nyaman ketika genggaman itu semakin erat.
Kami akhirnya sampai di depan rumahku. Jemarinya masih menggenggam jemariku, bahkan genggaman itu terasa lebih erat lagi, seakan enggan berpisah.

"Ayahku pasti marah melihat putri semata wayangnya ini basah kuyup. Aku harus segera masuk" Kataku padanya.
Dia sepertinya mengerti apa maksudku dan mulai melepaskan genggaman itu. Sebuah kecupan kecil hinggap di dahiku, tidak lama namun aku merasa amat bahagia.

"Sampai jumpa, aku pamit dulu. Sampaikan maafku untuk ayahmu karena telah mengajak putri semata wayangnya kehujanan". Dia lalu pergi, meninggalkanku yang sedang tersenyum lebar.

13~Untuk Ayu

Dear Ayu

Hai, sekarang kupenuhi janjiku yang akan mengirimimu surat. Tapi maaf hanya sepucuk surat, dan mungkin ini bukan surat cinta.

Ayu, temanku yang cantik. Aku sendiri bingung ingin menulis apa untukmu. Aku bukan seseorang yang bisa meramu dan memainkan kata dengan baik, jadi nanti kalau surat ini terkesan aneh dan kacau, maafkan aku ya :)
Aku mengenalmu sejak 2 tahun yang lalu. Kebetulan kita berasal dari kota yang sama (meski berbeda sekolah) dan kuliah di tempat yang sama pula. Awalnya kita mungkin sama-sama canggung satu sama lain ketika awal berteman, namun karena saat itu kita sama-sama mengurusi acara keakraban di komunitas daerah kita, lambat laun kita mulai dekat dan bisa dibilang mulai bersahabat. Bersama Nisa, kita bertiga sering melakukan kegiatan bersama-sama. Saling bertukar cerita, bergosip bersama, makan bersama, ya kita bertiga tidak terpisahkan.
Kita yang sekarang sayangnya tidak seperti dulu. Aku merasa kita berjauhan, sesekali aku dan kamu hanya bertemu dan saling menyapa di kampus. Hanya sebatas itu saja. Tidak ada cerita panjang, tidak ada tawa riang seperti dulu, Sejujurnya aku merindukan masa-masa itu. Aku rindu kalian berdua, aku rindu dengan kebersamaan kita, sungguh rindu. Pernah ku katakan ini juga kan pada kalian? :')
Nampaknya surat ku ini terlalu melankolis, jadi ku cukupkan saja surat ini. Semoga kamu senang mendapat surat ini, semoga kamu bisa tersenyum membaca ini, dan semoga aku, kamu dan Nisa juga bisa berteman sampai kapan pun :))

Salam sayang dari temanmu, Ajeng

Tuesday, January 15, 2013

#HariKe12~ Persimpangan

Sedih?
Ya, bahkan sekarang aku sedang menangis. Aku merasa sendiri, benar-benar sendirian. Tak tahu kenapa yang jelas sekarang jauh berbeda dengan kemarin, apalagi dulu. Mereka acuh padaku, tidak menghiraukanku, seperti tidak peduli lagi padaku. Hidupku benar-benar hancur ah sudahlah jangan tanya mengapa dan bagaimana ini bisa terjadi padaku, aku tidak tahu!
Sejujurnya, ku maklumi itu semua, namanya juga hidup. Hidup tidak selalu membahagiakan bukan? Mungkin rodaku sedang berputar kearah bawah, mungkin hidup memang sedang tidak memihak padaku.
Bolehkah aku bercerita? Di persimpangan jalan yang kulalui, aku melihat seseorang yang hidupnya amat berkebalikan dariku. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan tak terperi, raut wajahnya penuh dengan buncahan bahagia. Nampaknya hidupnya sungguh amat menyenangkan dan tidak ada cela. Ah aku iri sekali padanya, dia berbahagia namun mengapa aku tidak?
***
Senang?
Aku sedang tertawa-tawa sekarang. Bagaimana aku tidak bahagia bila banyak orang yang mencintaiku. Mereka semua berada di sisiku, bersamaku, dan sedang menikmati semua kebahagiaan ini. Keluargaku saling mengasihi satu dan lainnya, kekasihku amat mencintaiku, Sahabatku tak pernah meninggalkanku, Musuh? Ah kupikir aku tidak punya musuh. Mereka semua nyaman berada disampingku. Hidupku benar-benar sedang dipuncak bahagia.
Kuceritakan pada kekasihku tentang pertemuanku dengan seseorang di persimpangan jalan yang baru saja kulalui. Ku ceritakan padanya tentang betapa layu wajahnya, betapa sendu matanya, betapa untuk menyunggingkan setitik senyum saja dia tak mampu. Dia hanya menunduk ketika menatapku, menatap wajahku lalu seketika berpaling dan meninggalkan aku dengan terburu. Nampaknya dia sedang tidak berbahagia, itu kata kekasihku. 
***
Di persimpangan jalan yang sama, mereka bertemu kembali. Keadaan jauh berbeda sejak pertama mereka bertemu. Sorot mata sendu sekarang berubah menjadi mata yang berbinar, sedang sorot mata bahagia justru berganti mendung. Mereka bertatapan, untuk kedua kalinya sejak pertemuan pertama itu dan menyadari betapa roda hidup memang berputar. Mereka saling tersenyum, menikmati kebahagiaan dan mencoba tegar atas kepedihan yang dialami masing-masing

#HariKe11 Namanya Lanang

Namanya Lanang. Aku bertemu dengan Lanang ketika menunggu bus di halte dekat tempat kerjaku. Sore itu hujan, deras sekali. Kebetulan aku lupa membawa payung kecil yang biasa aku bawa kemana-mana, maka jadilah aku basah kuyup saat berlari-lari kecil menuju halte tempat biasa aku menunggu. Seseorang tiba-tiba mengulurkan handuk kecil ke arahku ketika aku sedang mengibas-ibaskan bajuku yang basah. Dia tersenyum, manis sekali ketika aku menoleh ke arahnya.
"Pakailah handukku. Masih bersih karena belum sempat kupakai" Dia masih mengulurkan handuk biru bermotif itu ke arahku. Ragu-ragu ku ambil handuk biru itu dan kucoba tersenyum semanis mungkin padanya. Dia tertawa, renyah sekali.
"Tidak usah memaksakan senyum padaku. Senyummu jelek sekali". Lagi-lagi dia tertawa, lebih keras dan terlihat sangat menikmati ketika mengejekku. Aku entah terkena angin apa, justru tidak marah ketika dia mengatakan senyumku jelek, padahal kami tidak saling mengenal satu sama lain.
"Terima kasih handuknya, dan terima kasih juga telah mengejekku" Ku balas tawanya yang renyah itu dengan senyuman yang lebih tulus.
"Namaku Lanang Bagas Adikara"
"Namaku Laksmi. Hanya Laksmi". Kami saling mengulurkan tangan untuk menjabat satu sama lain kemudian tertawa bersama, entah menertawakan apa.
Kami diam satu sama lain, tidak melanjutkan perkenalan itu dengan obrolan ringan. Bagiku sendiri, perkenalan singkat itu cukup membuatku merasa mengenalnya. Bus yang ku tunggu akhirnya datang, Aku segera naik kedalam bus. Kulihat dia tidak mengikutiku dari belakang, jadi kupikir kami memang berbeda tujuan. Aku yang sudah duduk manis ditepi jendela,mendadak mendekati pintu masuk bus dan melenggang keluar dengan santainya. Kuputuskan tidak naik bus itu. Tidak kuhiraukan teriakan dan umpatan dan kenek bus yang memanggil-manggilku untuk naik kembali.
Aku menghampiri Lanang yang masih berdiri di halte itu. Dia memandangiku dengan tatapan penuh pertanyaan. Aku sendiri pun juga tidak tahu mengapa aku melakukan ini semua. Aku hanya tahu bahwa di dalam diriku, ada suara yang menyuruhku untuk tetap bersama Lanang saat itu.
" Maukah kau mengantarku pulang?". Lanang tetap diam mendengar ucapanku. Dia tidak berkata apa-apa hampir selama 10 detik. Dia lalu mengangguk, menyetujui usulku.
Kami lalu berjalan kaki bersama, menuju rumahku. Rumah yang jaraknya hampir 4 km dari halte itu.

#HariKe10 Tok Tok

Tok Tok Tok.
Tolong bukakan pintu.
Sudah seringkali ku ketuk namun tak kunjung kau buka untukku.
Ah, apakah seburuk inikah Aku hingga kamu tak mau membukanya?

Tok Tok Tok.
Ku coba lagi mengetuk pintu, namun kamu lagi-lagi tak kunjung menghampiri.
Mengintip dari jendela pun tidak sama sekali.

Tok Tok Tok,
Ini kali terakhir Aku mengetuk pintumu.
Kalau kamu tak mau membuka juga, mau apa lagi aku?
 ***
Kamu akhirnya membuka pintu, namun bukan untukku.
Ah, itu memang kali terakhir aku mencoba mengetuk pintu hatimu.

Saturday, January 12, 2013

#9~Tarik Ulur

Apa ini melelahkan?
Tentu saja iya. Bahkan sangat melelahkan.
Bagaimana tidak lelah jika sampai detik ini masih ditarik ulur sesukanya.
Siapa yang tidak lelah jika dengan seenaknya kamu datang lalu pergi.

Kamu memberi harapan lalu kamu memangkas harapan itu.
Hey, tolonglah sadar sebentar saja,


Aku ini juga butuh kamu hargai. Aku juga butuh kepastian. Bukan sekedar ilusi semu yang kamu ciptakan.
Jadikanlah aku nyata di hidupmu, atau tinggalkan aku. Jangan jadi pecundang dengan menarik ulur perasaan seseorang.
Kalau kamu pikir dengan seperti itu kamu merasa hebat, kamu salah. Justru kamu terlihat amat menyedihkan karena melakukan hal itu pada seseorang yang menyayangimu.
Jadi tolong, Perjuangkan atau lepaskan aku. Jangan tarik ulur hatiku

Friday, January 11, 2013

#8~Becca

"Becca jangan pergi"
Becca menatap wajah Miko dengan takzim. Diamatinya lekat-lekat mata bening dan wajah polos itu. Dia tersenyum dan memeluk Miko, lalu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata.
***
Miko meringkuk di pojok kamarnya, diam dan hanya memandangi lantai kamar. Sesekali buliran airmata jatuh membasahi lantai kamar bernuansa biru itu. Dia tidak tahu mengapa Becca tega meninggalkannya, meninggalkan Tororo, meninggalkan rumah dan meninggalkan semua kenangan yang sangat membekas dalam ingatan Miko.
"Miko, sedang apa?" Rendra yang baru pulang kantor menghampiri Miko dan duduk disampingnya. Dia melihat Miko tengah menunduk, menangis dalam diam. Laki-laki paruh baya itupun lalu memeluk Miko dalam dan mencium ubun-ubun jagoan kecilnya.
"Papa, Becca pergi ninggalin Miko" Bola mata bocah kecil itu sempurna penuh dengan air yang enggan berhenti. Ditatapnya Rendra dengan penuh pertanyaan "MENGAPA". Rendra hanya diam, menghela nafas dengan dalam dan berat lalu pergi meninggalkan Miko seorang diri tanpa jawaban. Tak lama berselang Rendra kembali ke kamar Miko dan menyerahkan sebuah kado kepada Miko. Sebuah mobil-mobilan keluaran terbaru berwarna biru, warna kesukaan Miko, dan sepucuk surat pendek.

Selamat ulangtahun Miko..
Wah Miko sudah besar ya, jangan bandel. Nurut sama Papa ya sayang.
Maafin Becca ya sayang, Becca pergi ninggalin Miko dan Tororo. Becca nggak bisa jelasin alasnnya, kelak kalau Miko sudah besar Miko akan ngerti kenapa Becca ninggalin Miko. Ini ada kado dari Becca, namanya Tarara. Nanti buat temen main Miko sama Tororo.
Salam sayang, Becca


"Papa pergi dulu ya, Nak. Kamu jangan nangis lagi. Itu sudah dikasih mainan baru buat temen Tororo". Rendra mencium ubun-ubun anak semata wayangnya itu lalu pergi dari kamar. 
Dari lantai bawah terdengar suara wanita yang Miko tidak kenal, ia lalu beranjak ke tangga yang berada tepat di depan kamarnya. Di ruang tamu yang megah itu, Miko melihat Papanya sedang memeluk dan mencium bibir wanita itu dengan mesra. Dia lalu kembali masuk ke kamar dan kembali ke posisi awalnya. Meringkuk dan diam.
Dia mengerti alasan Becca pergi.



#7~ Perempuan itu..

Ini tentang perempuan yang sangat amat ku kenal.
Perempuan yang mengabdikan hidupnya menjadi pengajar di sebuah Taman Kanak-Kanak yang bahkan gedung sekolahnya pun masih menumpang.
Perempuan yang menghapus air mata ku ketika aku menangis karena jatuh dari sepeda
Perempuan yang mengomeliku setiap aku malas bangun tidur.
Perempuan yang sudah hampir 20 tahun mengasuhku
Perempuan yang setiap kali Aku membuka mata sudah menyiapkan sarapan lezat untukku
Perempuan yang selalu menyambutku ketika aku pulang ke rumah
Perempuan yang menyediakan pelukan ketika aku ingin menangis
Perempuan yang paling ingin aku bahagiakan dalam hidupku
Ibu, ya tentu saja Ibuku.
Perempuan nomor 1 dihidupku..


Terimakasih untuk cinta, kasih, bahagia, pelukan, ciuman, omelan dan apapun yang telah Ibu berikan untukku.

Peluk cium Anakmu yang sedang merindu :*

Wednesday, January 09, 2013

#6~Ada waktu dan bagiannya masing-masing

Desember bulan lalu mungkin adalah bulan paling melelahkan selama tahun 2012. Dan bulan itu sempurna menutup tahun dengan derai air mata sedih, bahagia dan segala macam, ya seperti nano-nano(bukan iklan permen).
Di bulan tersebut banyak sekali kejutan-kejutan yang sangat menguras emosi yang disediakan kampus tempat saya menimba ilmu. Dua kali dapat ZONK kejutan yang menyangkut masa depan kami. Dan tidak main-main, Kampus saya nampaknya memang mengabadikan momen penuh emosi itu di tanggal cantik. 12-12-'12 dan 20-12-'12.

Pada dua tanggal tersebut, dua kali pula teman kos saya yang kebetulan juga teman kampus saya menggedor-gedor pintu kamar saya setiap jam 00:00. Alasannya cuma satu : Entry peminatan
Di kampus saya sendiri, pada akhir semester 5 akan diadakan pemilihan konsentrasi atau penjurusan (biasa disebut peminatan) dan tata caranya adalah para mahasiswa mengentry melalui internet ke website kampus.
Daaan yang membuat deg-degan adalah setiap konsentrasi ada kuotanya masing-masing (udah macam paket internet aja) jadi kami mau nggak mau harus bersaing satu sama lain demi masuk konsentrasi yang kami inginkan :(

Tepatnya pukul 19:00 pada tanggal 20 Desember 2012 (Menurut jadwal akademik) kami seharusnya mengentry peminatan yang kami inginkan. Kami semua memilih tempat yang menurut masing-masing dari kami mempunyai kecepatan internet yang maha dahsyat dengan harapan saat waktu entry kami tidak terlambat dan masuk ke peminatan yang kami inginkan.
Saya sendiri bersama beberapa teman saya memilih untuk mengentry di gedung kampus tetangga, yang konon kecepatan internetnya dahsyat.

Pukul 19:00 ternyata sistem masih belum bisa dipakai, dan kami belum bisa entry. Lantas kami semua pun bercanda-canda tertawa gembira haha hihi macam nggak punya beban padahal semua sedang degdegan luar biasa.

Tiba-tiba ketika pukul 19:05 seorang teman saya berteriak "ENTRY UDAH DIBUKAAAAA".
Sontak kami pun masuk ke web dan mencoba mengentry. Saya, alhamdulillah sekali bisa masuk ke peminatan yang saya inginkan, namun teman saya tidak bisa karena ternyata peminatan yang dia inginkan sudah penuh. Dia lalu menangis sambil terus mencoba entry peminatan tersebut, tapi hasilnya nihil :(

Di tempat yang sama, ada pula teman saya yang seperti dipermainkan oleh sistem. Awalnya dia memilih peminatan yang sama dengan saya, namun saat di refresh, sistem menginformasikan bahwa dia masuk peminatan lain. Dia lalu mencoba masuk ke peminatan yang awal lagi karena kuotanya belum penuh. Namun anehnya, dia tidak bisa masuk peminatan tersebut.
Dua teman dekat saya itu menangis sejadi-jadinya, dan saya cuma bisa memeluk dan hampir ikut menangis karena hal itu.

Bagi saya, hari itu adalah hari yang sangat menguras energi juga perasaan. Ada yang menumpahkan air mata karena kesedihan, ada yang tertawa lepas karena bahagia, dan ada pula yang bingung bagaimana seharusnya bersikap. Ya, contohnya saya nih.

Saya bahagia karena saya bisa mencapai keinginan saya, namun saya juga sedih melihat teman-teman dekat saya menangis yang tak henti-hentinya karena hal itu.
Ya, bagi saya itu adalah sebuah pembelajaran yang sangat berharga buat kami semua. Saya belajar satu hal, bahwa hidup memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan, hidup bisa saja begitu kejam merampas mimpi-mimpi kita. Namun bagaimanapun juga bukankah hidup memang harus terus berjalan?. Berjalan dengan langkah gontai masih jauh lebih baik daripada mengutuki hidup terus-menerus dan tidak melakukan apa-apa.

Mungkin menerima kenyataan akan terasa sangat sulit untuk dilakukan, namun pada saatnya waktu pun akan ikut membantu menyembuhkan semua luka yang pernah dialami. Dan ingatlah selalu ada Tuhan yang selalu bersama umat-Nya. Ada Tuhan yang melihat dan mendengar tangisan kita. Ini mungkin salah satu cara Tuhan untuk menjadikan kita manusia yang lebih memahami hidup, menerima, ikhlas dan sabar.
Dan kalau kita lulus menjalani itu semua, bukan tidak mungkin Tuhan akan menghadiahkan yang jauh berkali lipat indahnya dari kesusahan yang kita alami. Saya percaya itu :)

#HariKe5 Untuk Pagi

Hai pagi, selamat pagi
Kita bertemu lagi :)
Tuhan sungguh Maha baik ya mau mempertemukan lagi kita berdua di pagi ini.
Apa kabarmu pagi?
Masih saja dingin setelah hujan semalam?
Aku masih bisa mencium bau tanah dan bebatuan basah dari jendelaku pagi ini, menyenangkan bukan? Bagaimana denganmu?
Terimaksih ya untuk sambutan hangat pagi ini, aku sungguh menikmatinya

Kamu tahu pagi?
Sepagi ini aku khawatir. Akan diriku sendiri dan akan angan-angan yang sudah terlanjur tertanam indah di otak dan perasaanku. Aku khawatir itu semua hanya ilusi, fatamorgana yang sebenarnya tidak terjadi dan tak pernah ada. Dan pada akhirnya Aku akan hancur karena hal itu.
Tidakkah khawatirku ini berlebihan?

Maafkan Aku pagi, yang sudah mengawali hari ini dengan sangat gundah
Maafkan Aku yang menangis karena hal yang belum tentu akan terjadi kelak
Seharusnya Aku mengisi pagiku dengan bersyukur, tertawa bahagia dan semangat yang tinggi untuk menjalani hari ini.


salam
Perempuan yang mengaku mencintaimu

Monday, January 07, 2013

#4~Teman Hidup

"Bila di depan nanti, banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah, kau punya ku, ku punyamu selamanya akan tetap begitu"
Teman Hidup-Tulus

Setiap mendengar lagu itu, saya selalu tersenyum dengan mata berkaca-kaca hampir mau menangis.
Buat Saya sendiri, lirik lagu itu dalam sekali maknanya. Terutama bagian lirik yang saya catut di atas. Setiap mendengar lagu ini, saya suka membayangkan bagaimana hidup saya dan teman hidup (yang saya tidak belum tahu siapa dia) kelak.
Apakah hidup kami akan diliputi kebahagian selalu atau kadang kala ada kerikil dan duri tajam yang terjadi, itu semua masih menjadi rahasia Tuhan. Namun, saya berharap kelak suatu saat ketika kami sudah menjadi sepasang, kami akan melalui semua lika-liku hidup dan perjalanan kami itu berdua, saling menguatkan satu sama lain, saling mengulurkan tangan ketika salah satu dari kami terjatuh, saling tersenyum dengan mata berbinar dan pancaran cinta, saling mencintai satu sama lain selama kami hidup. Sama seperti catutan lirik lagu di atas. Semoga :')

Sunday, January 06, 2013

#1~ K-a-m-u


Apa kabar kamu di kotamu?

Apa disana hujan sama seperti disini? saat aku menulis ini, hujan sedang menemaniku dengan suara tetesan-tetesannya. romantis sekali bukan?
Aku sedang memikirkanmu saat ini, detik ini ketika aku menulis ini. lalu otakku mencoba mengingat beberapa waktu yang lalu ketika kita bertemu.
Pertemuan pertama dan (mungkin) terakhir kita. di tempat itu, gedung yang biasa dipakai untuk seminar di kampus ku. ah bahkan sampai sekarang aku masih mengingat tanggalnya :)
Kamu yang duduk di barisan depanku, kamu yang ternyata jauh-jauh dari Surabaya bersama seorang temanmu demi mendapatkan ilmu di kampus ku. kamu yang mempunyai mata dan senyum manis, yang entah mengapa mulai menarik hatiku.

Aku rindu, rindu dengan senyum dan matamu itu, juga rindu kamu :"

Bolehkan aku rindu terhadap senyummu itu? meski aku tahu kamu tidak akan membagi senyum itu kepadaku, tapi ya biar saja aku tak peduli.
Beberapa hari lalu, aku iseng mencari akunmu di twitter dan ternyata kamu sudah mulai aktif disana ya, haha aku bahagia sebagai seorang yang kata teman-temanku ahli dalam bidang perkepoan, aku akan mudah stalking twittermu :))
Hei Kamu yang Jauh di sana,
Kuberi tahu satu hal..Aku pernah  dengan segala daya upaya mencari tahu detail tentangmu, Aku mencari tahu namamu, akun-akun yang biasa kau pakai di jejaring sosial, hingga yang paling ekstrim mencari tahu nomor hapemu lewat Mantan kekasihku. Ya, mantan kekasihku baik sekali ya, mau membantu ku mencari tahu seluk beluk tentang kamu :)
Saat ingat itu, Aku jadi tertawa sendiri. Menertawakan kelakuan dan kebodohanku itu. lucu sekali mengingat aku pernah melakukan itu semua, demi kamu ! orang yang baru sekali ku temui :))

terima kasih ya, telah muncul di hidupku. meski baru sekali, dan mungkin akan hanya menjadi sekali :)

#2~Mari Menulis


HARI KEDUA :D

Well saya sedang belajar untuk menulis dengan baik. Bukankah katanya kalau sering menulis maka skill kita untuk menulis juga akan tambah bagus? Dan saya percaya itu :D
Dari dulu, dulu sekali sejak smp saya suka membuat cerita pendek yang isinya tentang cinta-cintaan. Tokohnya pun macam-macam dari yang pelajar sampai orang yang bekerja. Untuk penokohan nama saja, saya masih ingat beberapa nama seperti Cassandra, Charisma dan adiknya yang berinisial C namun saya sudah lupa namanya.
Dari banyak cerita saya itu,  sayangnya tidak ada satu pun yang ada ending ceritanya karena berhenti ditengah jalan :(
Sebenarnya saya sedih karena selalu tidak pernah berhasil menyelesaikan cerita-cerita itu, tapi mau bagaimana lagi saya selalu kehabisan ide saat ceritanya sudah berada di bagian tengah. Itulah kelemahan saya, yang mebuat tulisan-tulisan saya ini tidak berkembang.
Saya sendiri tidak tahu sebabnya kenapa banyak tulisan saya yang tidak berujung, tapi dari yang saya rasakan itu semua karena dua hal. 1 mood saya yang naik turun dan tidak stabil. 2 karena tiba-tiba saya merasa jenuh akan cerita yang saya buat dan pada akhirnya cerita-cerita itu tidak berujung.
Sampai saat ini pun, saya juga masih belum memahami bagaimana agar tetap menulis walau apapun yang terjadi. ya, saya akui bahwa saya ini tidak belum bersikap profesional, jadi ya pada akhirnya seperti ini.
Well, setidaknya dengan ikut @30haribercerita ini saya jadi lebih semangat untuk menulis, yah meskipun banyak yang isinya curhatan pribadi :D tapi saya yakin itu akan sangat membantu saya. Hehe
MARI MENULIS :))

Saturday, January 05, 2013

#3~ Sudah Berapa?

"Kopi, asap, berita seleb. (ˆڡˆ)"
"rokoknya jgan banyak2. Sebiji aja sehari"
"siaaap :D"
"Sudah berapa puntung rokok yang kamu habiskan hari ini?"
"berapa ya? Lupa :D"
"hmm..selalu begitu"

Sebuah percakapan sederhana di twitter, entah kemarin atau kemarinnya lagi. 
Aku tahu, bagimu merokok itu adalah satu hal yang dapat memberikan ketenangan (itu pendapatmu, bukan?) untuk menjalani hidup yang berat ini. Bagimu, dia ibarat teman yang selalu ada untukmu dikala kamu bahagia dan sedih.

Aku tahu hidupmu tak mudah, setidaknya bila kubandingkan dengan hidupku, hidupmu membutuhkan perjuangan yang lebih dariku. Aku tahu, mungkin sebenarnya kamu lelah, jenuh dengan beban hidup yang kamu pikul itu.
Aku tahu, tapi tak bisa berbuat banyak. Hanya melihat dan diam.

Kamu bukan orang yang suka membagi beban hidupmu dengan orang lain, lagi-lagi aku mungkin tahu itu. Kamu lebih suka menyimpan, dan menikmati itu semua sendirian. Rasa lelahmu, masalah-masalah yang kamu hadapi, sedihmu. Semua kamu tutup rapat dari orang lain (atau mungkin hanya kamu tutupi dariku?)

Aku tahu, kamu laki-laki yang tegar dan tangguh, tidak mau dianggap sebagai lelaki lemah dan lelaki yang menyerah pada hidup. Tapi, apakah setegar-tegarnya dirimu, kamu tidak butuh teman untuk berbagi?

Mungkin jika suatu ketika nanti kamu merasakan hal yang sangat berat dalam hidup, hingga kamu pun merasa tidak kuat dan ingin menyerah (aku sungguh tidak mendoakan hal itu) ketahuilah bahwa ada aku.

Ada aku yang akan siap menjadi orang yang memberikan lengan dan bahu untukmu bersandar. Ada aku yang siap mendengarkan keluh kesahmu, ada aku yang siap menemanimu saat kamu menangis dan mengusap air matamu. Ketahuilah itu, kamu tidak sendiri. Tidak Pernah


Meski bukan kekasihmu, meski bukan orang yang penting dihidupmu, meski bukan orang yang kamu inginkan ada saat kamu merasa sangat kosong dan sendiri, tapi cobalah ingat aku. Seorang adik kecil yang akan menggenggam tangan kakaknya ketika dia merasa lelah dan sendiri.





PS : Kita masih Kakak-Adik kan?