Monday, February 18, 2013

Lana-Ranu

Kamu berjalan tertunduk lesu, tidak ada sorot mata membara yang kulihat dari kedua bola matamu. Kamu tidak seperti biasanya, bahkan cenderung murung. Tak kau perdulikan orang-orang yang sedang bersorak gembira karena tim kesayangannya memenangkan pertandingan bola itu. Kamu hanya terus berjalan, menuju taman tempat biasanya kau memandang senja. Sama seperti biasanya kamu duduk di bangku dekat air mancur kecil yang terdapat di tengah taman komplek perumahan, bangku favoritmu. Kamu hanya diam melihat langit sore, lalu tersenyum sekilas. Senyum yang selalu ku tunggu, senyum yang selalu ku rindukan.
Di bagian taman yang lain, ku lihat sebuah keluarga yang nampak amat bahagia. Sang Ayah dan anak lelakinya berlarian, saling berkejaran dengan penuh tawa. Sang Ibu menyiapkan makanan sore dari sekeranjang bekal sederhana yang dibawa, sungguh pemandangan yang sangat indah, sama seperti ketika aku memandang wajahmu.
Entah sejak kapan aku mulai suka membuntutimu setiap sore. Aku selalu bersembunyi di semak dekat portal  masuk kompleks, menunggumu lewat jalanan ini dan membuntutimu sampai ke taman. Hal ini kulakukan demi melihat wajah dan senyum yang jarang kau tunjukkan itu. Ada bagian dari dirimu-yang aku sendiri tidak tahu-yang membuatku tertarik padamu. Mungkin aku menyukaimu, atau bahkan mungkin lebih dari itu, karena aku selalu bahagia ketika aku bisa melihatmu, ya hanya melihatmu.
Kamu tiba-tiba berdiri dari bangku favoritmu itu. Ku lirik jam yang ada di pergelangan tangan kiriku, pukul 17:02. Bukankah ini belum waktunya kamu pergi? Tanyaku pada diri sendiri. Kamu berjalan menuju pohon tempatku duduk untuk mengintipmu, seketika ada rasa panik dalam diriku. Aku segera berbalik dan menundukkan kepalaku, tidak lagi berani mengintipmu dari pohon. Aku diam, namun jantungku berdegup sangat kencang, ada perasaan was-was karena takut kamu tahu kalau aku suka mengikutimu. Ada tapak-tapak kaki yang ku dengar mulai mendekat, adrenalinku semakin meningkat bahkan rasanya aku hampir kencing dicelana. Kamu sudah berdiri di depanku, dan aku tak berani memandang wajahmu. Lama sekali kamu hanya diam dan tak berniat sedikitpun untuk pergi dari tempat berdirimu itu. Aku mulai memberanikan diri menatapmu dan berdiri untuk mensejajarkan pandangan. Raut mukamu datar, aku tidak bisa membaca dan memperkirakan apa reaksimu selanjutnya.
"Ma..maa..ma..maafkan aku" Hanya kata itu yang terlontar dari bibirku. Kamu tidak bergeming, masih saja diam dan tidak berekasi atas permintaan maafku. Kamu mengulurkan tangan, tersenyum dengan sangat manis. " Namaku Lana". Suaramu terdengar sangat merdu ketika mengucapkan namamu, ya seperti bidadari yang baru saja turun dari langit. "Namaku Ranu" Ku jabat uluran tanganmu itu, dan kita saling tersenyum satu sama lain.

Sunday, February 17, 2013

Sebut saja Move On

Kepada kamu yang pernah duduk di depanku

Akhirnya menyerah juga, setelah cukup lama mencoba bertahan untuk mengikuti keinginan hati. Mengetahuimu baik dan bahagia cukup membuatku bahagia. Terkesan naif dan bulshit ya? Tapi ya terserah saja toh aku yang merasakannya.

Pada akhirnya aku tahu, ya setidaknya kamu tidak membohongiku waktu dulu. Jadi kamu memang laki-laki yang baik, persis seperti bayanganku :)
Aku mungkin merasa sedih dan lara, tapi jauh dari rasa itu semua aku merasa lega. Lega karena pada akhirnya aku bisa melepasmu dengan perasaan yang ringan. Membiarkanmu menjadi sebatas kenangan, mulai meninggalkan bayanganmu, dan mulai menapaki hidupku yang akan datang.

Terima kasih ya, terima kasih karena telah mampir di hidupku.
Terima kasih karena sudah mengizinkanku mengenalmu, meski sebenarnya aku tidak benar-benar mengenalmu.
Semoga hidupmu bahagia selalu :)

Sunday, February 03, 2013

#HariKe18~Kembali

Pernahkah terpikir olehmu bahwa kita akan kembali?
Pernah sekali dua terpikir olehku esok lusa kita akan kembali bersama, menjadi kita seperti dulu. Kembali menjalin rajutan-rajutan yang disebut cinta, kembali merasakan apa yang disebut rindu jika tidak bertemu, kembali merasakan cemburu, kembali merasakan perhatian-perhatian kecilmu. Aku pernah membayangkan itu semua, dan menjadikan bayangan itu sebagai mimpi yang akan kuraih.
Salahkah jika aku bermimpi tentang kita? salahkah jika aku masih menyimpan rasa itu padamu? Salahkah jika aku menginginkan kita bersama di kemudian hari?
Bagiku tak ada yang salah atas semua yang kuharap dan pikirkan ini. Bagiku semua yang ku impikan ini benar adanya.

#HariKe17~Kadangkala

Kadangkala ada senyum yang tercipta ketika melihat seseorang tertawa bahagia.
Kadangkala ada wajah merona ketika seseorang itu sekedar menyapa
Kadangkala hanya cukup mengamati, menikmati segala kehebatan dan keindahannya.
Kadangkala ada tangisan yang terselip saat diam-diam mengetahui seseorang bersama dengan yang dikasihinya.
Seseorang itu terlalu anggun untuk sekedar disentuh
Seseorang itu terlalu silau untuk dipandang
Seseorang itu terlalu jauh untuk digapai
Kadangkala yang sempurna itu memang tidak untuk dimiliki dan bukan menjadi milik kita, dia hanya bisa dipandang, dirasakan, dan disimpan sebagai kenangan.