Thursday, April 10, 2014

Yang Saya Risaukan

Saya baru saja membaca suatu tulisan ketika pada akhirnya saya memutuskan untuk menulis ini. Kira-kira seperti ini bunyi kata-kata yang pada akhirnya memicu saya untuk mengunjungi ruang cerita saya ini.
Pikirkan apa yang kamu risaukan, lalu tuliskan- katabergerak
Ketika saya membaca kalimat tersebut, ingatan saya secara spontan mengarah ke tugas akhir saya. Bagi kalian yang sudah pernah merasakan berkenalan, berteman dengan tugas akhir, tentunya kalian merasakan hal yang mungkin saya rasakan. Atau memang saya saja yang terlalu berlebihan menafsirkan tugas akhir ini sebagai beban berat serta cobaan dalam masa-masa pendidikan yang saya jalani.
Apa kalian pernah merasakan didera perasaan yang entah apa namanya, setiap kalian ingat tugas akhir yang belum selesai? Saya merasakan hal itu. Saya tidak stres akut, hanya saja saya jadi lebih sering memikirkan tugas akhir saya itu di setiap waktu dan kegiatan yang saya lakukan. Pernahkah kalian merasakan tidur, namun kalian masih berpikir mengenai bagaimana mengurus surat penelitian tambahan, bagaimana sampelnya dihitung, bagaimana besok penelitiannya akan dilakukan, dan masih banyak pertanyaan bagaimana-bagaimana yang muncul ketika saya tidur. Tentu saja tidu saya ini bukan tidur berkualitas, karena saat seharusnya saya merasa rileks justru saya isi dengan memikirkan hal yang mengganggu pikiran saya. Saya tidak tahu apakah saya sengaja atau tidak selalu membawa pikiran itu di setiap kegiatan yang saya lakukan, namun yang pasti pikiran itu semacam hantu yang ke mana-mana selalu meneror saya untuk segera menyelesaikan apa yang sedang saya kerjakan.
Saya sendiri tentunya ingin segera menyelesaikan tugas akhir ini secepat yang bisa saya lakukan, selain karena saya juga sudah mulai jenuh memikirkan hal ini yang tak kunjung usai, pertanyaan-pertanyaan halus orang di sekitar saya tentang masa depan saya juga ikut mendesak saya segera menuntaskan hal ini. Saya jenuh mendengar orang-orang di sekitar saya bertanya 'lho, belum lulus toh? mau lulus kapan?' atau 'Sudah sampai mana Mbak skripsinya? Kok belum selesai?'
Namun, yang perlu saya sadari adalah bahwa tidak semua rencana berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang kita harapkan, ah atau mungkin saja saya yang kurang berusaha lebih keras agar rencana itu berjalan sesuai dengan target yang telah saya rencanakan.
Saya sadar kalau memang saya kurang berusaha dalam masalah ini, saya terlalu bersantai sedangkan teman-teman saya sudah melaju dengan kencangnya menyelesaikan skripsi mereka. Kamu tahu bagaimana rasanya melihat hampir sebagian teman-temanmu sudah berlari kencang menyelesaikannya, sedangkan kamu masih berjalan tertatih-tatih dan masih meraba-raba apa yang akan kamu lakukan? Saya merasakan hal itu, dan itu setidaknya cukup membuat beban pikiran dan hati saya semakin berat.
Sekarang yang bisa saya lakukan adalah berusaha lebih keras lagi, lebih fokus pada apa yang sedang saya hadapi dan tak acuh pada orang-orang sekitar saya yang sudah lebih dulu melangkah. Bukan, bukan saya bermaksud tidak peduli, hanya saja mencemaskan teman-teman saya yang sudah melangkah lebih dulu justru membuat saya semakin terpuruk, jadi ya demi menjaga ketenangan pikiran dan hati saya lebih memilih memikirkan diri saya sendiri, egois memang tapi ya sudahlah.

Klt, April 2014