Monday, November 09, 2015

Cerita Hujan

Musim hujan tahun ini berjalan lambat, November ini hujan baru mulai turun di beberapa kota, salah satunya di tempat di mana aku tinggal. Aku sendiri cukup antusias saat pertama kali hujan turun di kotaku. Hanya gerimis kecil yang bahkan tidak sampai lima menit tapi cukup membuatku tertawa kegirangan.
Banyak orang yang mungkin membenci hujan, namun tak sedikit pula yang mencintainya. Aku adalah orang yang mecintai sekaligus merasa kesal beberapa kali karena hujan.

pic taken from here
Aku mencintai hujan ketika aku sedang berada di dalam ruangan dan tidak merasakan dingin karena basah yang menyentuh tubuhku. Aku sangat suka menikmati hujan dari dalam kamarku. Aku akan menghabiskan waktu hanya dengan duduk di atas tempat tidur dan memandang hujan turun  lewat jendela kamar. Kamu mungkin akan membayangkan apa yang kulakukan ini seperti adegan-adegan film yang biasa kamu tonton, namun yang kulakukan tak seromantis itu. Aku tidak menikmati hujan dengan ditemani segelas cokelat hangat, lalu memandang embun yang menempel di kaca jendelaku. Aku hanya akan melihat keluar, memandang bulir air yang jatuh ke tanah dan sesekali mengendus bau tanah basah yang dihasilkan.
Pada momen-momen melankolis seperti itu, biasanya beberapa kenangan masa lalu menyeruak di kepala, misalnya kenangan ketika mantan pacarku dulu memberi sedikit kejutan kecil untukku. Aku masih ingat ketika mantan pacarku itu menyuruhku untuk memeriksa hadiah yang dia siapkan di laci mejaku, namun tak kutemukan apapun selain sampah bungkus permen sisa kemarin. Lalu aku mulai mengecek semua laci meja di kelasku itu demi menemukan hadiah yang dia maksud. Dan betapa bahagianya diriku waktu itu ketika menemukan sekotak kecil cokelat beserta pesan pendek yang ternyata menyasar di laci meja temanku. “Cokelat manis untuk perempuan manis. Semoga kamu senang dengan hadiah kecil ini” pipiku bersemu merah saat membaca pesan pendek itu. Lalu malam harinya mantan pacarku itu menelepon dan bertanya bagaimana perasaanku saat menerima hadiah yang ia berikan, dan kuceritakan kebingunganku saat harus menelusuri satu persatu meja kelas demi menemukan cokelat yang rasanya enak sekali itu. Kami berdua bercerita banyak hal dan tertawa malam itu, bahagia karena merasa saling menyayangi satu sama lain. Aku suka hujan saat itu, karena membawa ingatan menyenangkan di kepalaku.
Pada kesempatan yang lain, hujan mampu membuatku kesal, terutama ketika sedang bepergian dengan mengendarai motor kesayanganku sedang aku lupa membawa jas hujan. Aku tidak suka harus basah-basahan dan merasa kedinginan ketika mengendarai motorku. Memang itu salahku karena aku lupa membawa jas hujan, namun tetap saja aku akan kesal dan menyalahkan kenapa hujan harus turun saat aku bepergian dan lupa membawa jas hujan. Egois dan tidak bersyukur memang kelakuanku itu kalau dirasa.
Aku juga tidak suka hujan yang tak jarang membawa kenangan yang tidak ingin kuingat-ingat lagi. Misalnya ketika tiba-tiba aku teringat akan kebodohanku di masa lalu yang membuatku menyesal karena telah melakukannya. Mengingat kebodohan yang pernah kulakukan membuatku merasa menjadi orang yang menyebalkan, tidak peka, dan jahat yang pada akhirnya justru membuatku sedih ketika teringat semuanya. Aku akan menangis setelahnya, menyesali semua hal yang pernah kulewatkan dan keputusan yang pernah kuambil.
Aku punya kesan sendiri terhadap hujan. Ia seperti mesin waktu yang selalu berhasil membawaku mengunjungi masa lalu dan memaksaku mengingat kenangan yang pernah terjadi, baik itu yang menyenangkan atau yang buruk. Hujan selalu membuatku larut bersama kenangan dan meninggalkan kesan lain di hatiku.

Sampai detik ini, aku masih antusias dan bersorak senang ketika hujan mulai turun. Esok lusa, mungkin aku tidak akan seantusias seperti kali pertama hujan turun, mungkin aku akan mulai kesal, mengeluh dan mengumpat ketika hampir setiap hari harus kehujanan dan merasakan dinginnya, tapi aku selalu percaya bahwa hujan akan selalu memberikan kesejukan, keberkahan dan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya. Semoga

No comments:

Post a Comment